HomeCelotehTahun 2020, Jokowi-Prabowo Makin Erat?

Tahun 2020, Jokowi-Prabowo Makin Erat?

“Pusha know these politics is paradox” – Rick Ross, penyanyi rap asal Amerika Serikat


PinterPolitik.com

Tahun politik 2019 memang unik. Setelah banyak keringat terkuras dalam persaingan Pemilu 2019, sosok-sosok yang sebelumnya saling berseberangan kini kembali akrab dan berjalan beriringan.

Siklus hidup memang tidak ada yang dapat memprediksi. Terkadang, sahabat dapat menjadi musuh. Begitu juga sebaliknya, lawan malah menjadi sahabat yang dekat.

Hubungan antara partai-partai politik dan organisasi masyarakat misalnya, banyak mengalami dinamika perubahan. Ada koalisi yang disebut-sebut meretak. Ada juga partai-partai politik yang sebelumnya berlawanan malah menjadi kawan.

Salah satu highlight dari tahun 2019 yang kiranya muncul kembali dalam kenangan adalah kedekatan yang terjalin antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Padahal, mungkin, tidak ada bayangan sebelumnya di masyarakat bahwa kedua tokoh ini dapat berdamai dan bersatu selama Pilpres berlangsung.

Kedekatan di antara mereka berdua setidaknya tercerminkan dalam pertemuan dan santap bersama yang terjadi pada Juli 2019 lalu. Usai lama tak habiskan waktu bersama, kedekatan antara Jokowi dan Prabowo kembali terungkap ke publik di awal tahun 2020 ini.

Saking dekatnya, sampai-sampai mereka berdua mengunggah foto dan gambar di akun media sosial masing-masing. Jokowi misalnya, mengunggah foto kegiatan santap bersama ketika Prabowo dan putranya berkunjung ke Istana Yogyakarta sebagai tamu pertama di tahun 2020.

Momen-momen pertemuan tersebut juga diunggah dalam akun Instagram Prabowo. Selain momen pertemuan tersebut, guna menutup tahun 2019, Pak Menhan juga mengunggah sketsa yang menggambarkan pertemuan beliau dengan Pak Presiden di Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta.

Wah, kompak juga ya Pak Jokowi dan Pak Prabowo ini. Mungkin, keakraban semacam inilah yang menjadi friendship goals bagi banyak orang.

Ngomongngomong soal keakraban dan pertemanan, jadi teringat soal sebuah film yang berjudul The Two Popes (2019) nih. Dalam film tersebut, diceritakan pertemanan antara dua Paus – pemimpin Gereja Katolik, yakni Paus Benediktus XVI dan Paus Fransiskus.

Kedekatan kedua Paus ini menjadi unik. Pasalnya, keduanya dikisahkan sebelumnya saling bersaing dalam Pemilihan Paus pada tahun 2005. Namun, seiring berjalannya waktu, Jorge Bergoglio (nama asli Paus Fransiskus) menjadi teman akrab dari Joseph Ratzinger (nama asli Paus Benediktus XVI) karena kerap mendampingi sang Paus.

Pertemanan ini akhirnya terjalin hingga akhirnya Bergoglio sendiri terpilih menjadi pengganti Ratzinger pada tahun 2013. Meski telah menjadi Paus, Bergoglio diceritakan masih sering mengunjungi Ratzinger, seperti ketika menonton pertandingan final Piala Dunia 2014 – di mana Jerman (negara asal Ratzinger) dan Argentina (negara asal Bergoglio) bertemu.

Hmm, mungkin, persahabatan seperti Bergoglio dan Ratzinger inilah yang juga tercermin dalam kedekatan yang terjalin antara Jokowi dan Prabowo. Meski sebelumnya saling bersaing, keduanya menjadi teman akrab nih sekarang.

Wah, penasaran sih. Kira-kira, pertemanan ini bakal bertahan dan berlanjut hingga bertahun-tahun selanjutnya nggak ya? Apalagi, seperti kata banyak orang, politik itu kan bersifat dinamis. Hehe. (A43)

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Baca juga :  Prabowo dan Hegemoni Rasa Takut
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?