Friksi antara Partai NasDem dengan PDIP tampaknya semakin mengerucut. Terlebih dengan terjadinya saling lempar ‘ujaran’ antara kedua partai menjelang momentum Pemilihan Presiden (pilpres) 2024. Terakhir, Ketua Umum (Ketum) NasDem Surya Paloh menegaskan jika PDIP bisa mencalonkan sosok yang diinginkan baik bersama maupun tidak bersama NasDem. Lantas, apakah ini tanda partai yang diketuai oleh Surya Paloh ini mulai merelakan PDIP?
“Pergilah kasih kejarlah keinginanmu selagi masih ada waktu. Jangan hiraukan diriku. Aku rela berpisah demi untuk dirimu. Semoga tercapai segala keinginanmu” – Chrisye, “Pergilah Kasih” (1989)
Well, perseteruan antara Partai NasDem dan PDIP sepertinya sudah menjadi konsumsi publik karena tersiar kepada masyarakat. Intrik yang terkesan begitu tajam ini dipengaruhi oleh sejumlah hal mulai dari isu perekrutan kader dari luar partai hingga nama kader PDIP, Ganjar Pranowo, yang digadang-gadang bakal diusung oleh NasDem di Pilpres 2024.
Munculnya nama Gubernur Jawa Tengah (Jateng) itu dalam Rakernas NasDem pada 15-17 Juni 2022 lalu seolah memantik reaksi dari PDIP. Bahkan, pasca-momentum itu, PDIP langsung bereaksi keras terhadap NasDem agar menjauhi kadernya itu.
Meski demikian, NasDem sebenarnya tidak menutup pintu sepenuhnya lho terhadap PDIP. Hal ini terlihat dari pernyataan Ketua Umum (Ketum) NasDem Surya Paloh yang menegaskan siap untuk menjalin komunikasi dengan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Tidak hanya itu, bahkan NasDem melalui kadernya Willy Aditya menegaskan jika pihaknya tidak hanya membuka diri terhadap PKS dan Partai Demokrat, melainkan juga terhadap PDIP.
Namun, pernyataan ini tampaknya belum bisa memancing PDIP untuk bereaksi. Hmm, seperti ingin melakukan ‘cek ombak’ mungkin ya.
Fenomena ini bisa dijelaskan melalui artikel yang ditulis oleh Tricia Christensen berjudul What is a Trial Balloon?. Tulisan ini menjelaskan tentang adanya rumor atau isu yang ‘sengaja’ dikemukakan dan tujuannya adalah untuk memancing reaksi publik.
Hmm, kalau dikaitkan dalam isu ini, bisa jadi cara ini digunakan untuk memancing reaksi PDIP – ya dengan mengusung nama Ganjar atau mengemukakan keterbukaan untuk berkoalisi dengan partai berlambang banteng ini.
Well, tapi tampaknya PDIP masih belum bergeming terhadap respons NasDem ini. Apalagi, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menegaskan jika perekrutan kadernya oleh partai Surya Paloh ini mencederai etika politik.
Wah, kalau begini sih NasDem sepertinya harus pasrah jika tidak bisa kembali menjalin hubungan baik dengan PDIP. Ya, ibaratkan sepasang kekasih, sepertinya NasDem harus merelakan sang kekasih – yaitu PDIP – yang sepertinya sudah ‘ilfeel’ sehingga tidak ingin kembali lagi bersama.
Kebiasaan NasDem yang suka merekrut kader lain tampaknya begitu membekas di dalam hati PDIP. Terlebih, partai yang dipimpin oleh Megawati ini sepertinya lebih memilih mengusung Puan Maharani dibandingkan Ganjar Pranowo sebagai capres di 2024 mendatang.
Well, mungkin lagu dari sang legenda Chrisye yang berjudul “Pergilah Kasih” (1989) yang potongan liriknya dikutip di awal tulisan tepat menggambarkan suasana hati NasDem yang tengah bersiap merelakan tidak berkoalisi dengan PDIP. (G69)