“Yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan” – Abdurrahman Wahid, Presiden ke-4 Indonesia
Dalam dunia strategi perang, kalian pasti pernah dengar sosok Sun Tzu kan, gengs? Ya, minimal mendengar namanya tentu pernahlah.
Nah, Sun Tzu itu punya 36 strategi perang. Salah satunya berbunyi, “Jauhkan kayu bakar dari tungku masak,” seperti yang ditulisnya dalam strategi chaos. Kalimat tersebut sejarahnya tuh bermula saat Cao Cao yang awalnya kalah melawan Yuan Shao, tiba-tiba mampu membalikkan keadaan di medan pertempuran.
Cao Cao paham bahwa Yuan Shao nggak cukup punya pasokan logistik yang memadai meski memiliki pasukan yang kuat. Akhirnya, si Cao Cao dengan pasukan seadanya tuh berhasil memukul Yuan Shao yang kehabisan bekal.
Jadi, intinya, kalau kita lagi di posisi terjepit, cari fondasi lawan yang bisa kita runtuhkan. Namun, kalau kesusahan mencari fondasinya, kalian bisa dengarkan cerita dari Gaius Julius Caesar yang juga banyak terinspirasi dari Sun Tzu kok.
Suatu ketika, Julius Caesar ada dalam posisi terjepit. Alih-alih menggertak lawan, justru dia malah membakar kapal-kapal perang miliknya. Ternyata, strategi ini digunakan untuk mengelabui musuh. Sementara, ia dan pasukan mengumpulkan keberanian baru.
Nah, dari kedua cerita di atas, tampak sekali bahwa keduanya, baik Sun Tzu maupun Julius Caesar, sangat memahami psikologi manusia. Makanya, keduanya pun bisa memenangkan banyak hal dan dicintai oleh sejarah dari masa ke masa.
Tampaknya, teladan ‘memahami psikologi’ ini harus juga dicermati oleh para pemimpin kita deh, cuy, terutama Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD.
Pasalnya, dalam kasus kebakaran gedung Kejaksaan Agung (Kejagung), awalnya Pak Mahfud MD kayak menerka dan menduga bahwa jangan-jangan Kejagung disabotase oleh oknum. Eh, tidak lama kemudian bilang ke publik agar jangan menduga-duga dan jangan menghubung-hubungkan antara kasus kebakaran Kejagung dengan Djoko Tjandra.
Mohon maaf nih, Pak, kalau mimin berpendapat sih wajar kali apabila publik menduga seperti itu. Secara, gedung yang terbakar menyimpan banyak berkas kasus-kasus besar lho, terutama kasus si biang kerok Djoko Tjandra dan Jiwasraya.
Jujur saja, mimin mulai berpikir bahwa publik tuh sedang berpikir seperti Sun Tzu dan Julius Caesar, gengs. Sederhananya, kenapa kok publik banyak yang berpikir bahwa gedung Kejagung terbakar?
Nah, kalau ikut pikirannya Sun Tzu, maka yang membakar adalah oknum yang nama besarnya terancam sebab merasa data mereka yang ada di Kejagung bakal dilimpahkan dan diproses oleh pengadilan. Bahkan Indonesia Corruption Watch (ICW) pun menaruh kecurigaan begitu lho, cuy.
Hmm, jadi, daripada Pak Mahfud menghardik anggapan publik, mending cari jawaban dan bukti-bukti yang bisa memenuhi ke-kepo-an publik saja. Ingat, netizen nggak pernah salah. Kalau salah, kembali ke premis pertama. Hehe. (F46)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.