We race, and the loser leaves town for good” – Sean Boswell, The Fast and the Furious: Tokyo Drift (2006)
Bagi mereka yang menggemari dunia mobil balap (racing cars), franchise film yang dikenal dengan nama Fast & Furious pasti sudah tidak terdengar asing lagi. Gimana nggak? Film-film dalam franchise itu emang dilengkapi aksi-aksi balapan hingga kejar-kejaran dengan berbagai jenis mobil super cepat.
Biasanya tuh, Dominic “Dom” Toretto dan kawan-kawannya beraksi dalam sejumlah perampokan besar. Terkadang, mereka juga harus bekerja sama dengan agen Luke Hobbs untuk melawan kejahatan-kejahatan besar.
Nah, di antara film-film franchise ini, ada satu film yang nggak sepenuhnya mengisahkan Dom dan kawan-kawan, melainkan mengenai Sean Boswell. Ceritanya tuh Sean ini harus mengalahkan raja drifting (Drift King) yang bernama Takashi.
Agar dapat mengalahkannya, Sean pun harus mempelajari teknik mengemudi satu ini. Alhasil, dia belajar pada Han – salah satu kawan Dom. Dengan berbagai upaya, akhirnya Sean berhasil menguasai teknik drifting – sebuah teknik yang memainkan pedal rem dan gas agar mobil dapat berbelok pada sudut tertentu.
Tapi, kayak-nya nih, yang perlu belajar teknik satu ini sepertinya bukan hanya Sean. Pasalnya, ada seorang pejabat tinggi pemerintah Indonesia yang kemarin sempat kena kritik ekonom Faisal Basri.
Kata Pak Faisal Basri, pemerintah seharusnya nggak boleh asal bermain gas dan rem darurat di tengah pandemi Covid-19. Soalnya tuh, kata beliau, nyawa masyarakat lah yang akhirnya jadi taruhan.
Baca Juga: Ketika Sri Mulyani ‘Kebanjiran’ Utang
Ternyata, Pak Faisal Basri ini menanggapi pernyataan dari Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati (Ani). Beberapa waktu lalu, Bu Ani bilang kalau progress ekonomi Indonesia diharapkan dapat membaik dengan respons kebijakan pemerintah yang berupa keputusan gas dan rem darurat.
Wah, mungkin nih, Bu Ani perlu belajar ke Sean dan Han nih. Mereka kan udah jago tuh dalam memainkan gas dan rem untuk menjaga mobil tetap pada jalur ketika nge–drift. Apalagi, seperti yang kita ketahui, Covid-19 ini merupakan pandemi yang sangat fast (cepat menular dan infeksius) sekaligus furious (menyebabkan kerugian fisik dan mental pada banyak orang).
Belum lagi nih, saking fast dan furious-nya, kebijakan-kebijakan Bu Ani dinilai hampir keluar jalur lho (dibaca: batas defisit anggaran). Lha, gimana nggak? Defisit anggaran pada tahun 2020 mencapai 6 persen lebih lho.
Padahal, di kondisi normal, Bu Ani bilang batas defisit itu harusnya di bawah 3 persen. Hmm. Harapannya sih, semua defisit ini dapat kembali normal pada tahun 2023 nanti.
Ya, terlepas dari situasi anggaran dan utang yang semakin meroket, semoga aja kebijakan-kebijakan Bu Ani dapat berjalan dengan tepat dan baik lah. Apalagi nih, sudah banyak lho yang mengomentari teknik “drifting” Bu Menkeu – mulai dari Faisal Basri sampai Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Hehe. (A43)
Baca Juga: Vaksin Gratis Bikin Sri Mulyani Pusing?