“Peace is not the absence of conflict, but the ability to cope with conflict by peaceful means” – Ronald Reagan, Presiden ke-40 Amerika Serikat (AS)
Cuy, mimin mau tanya nih, tapi sedikit serius ya. Kalian sudah nonton film Tilik atau belum? Soalnya, film yang sedang hype abis itu sedang menjadi buah bibir masyarakat baik di kalangan tua maupun muda.
Film garapan sutradara muda bernama Wahyu Agung Prasetyo ini menjadi perbincangan banyak orang karena dinilai memang realistis banget, sob, dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Dengan kulur ikatan sosial masyarakat yang kuat, pasti kalian tidak jarang mempunyai tetangga yang julit banget.
Ibaratnya, kita melakukan sesuatu yang sedikit berbeda dari nilai sosial masyarakat di sekitar saja, behh, pasti ada tetangga yang ngomongin. Namun, ya mau bagaimana lagi? Namanya juga hidup bersama. Hehehe.
Tapi, mimin tanya deh. Kalau kalian punya tetangga seperti tokoh yang bernama Bu Tejo, gimana? Pusing nggak tuh? Kalau mimin sih pusing tujuh keliling, cuy, ngerasa yang paling benar dan yang lain salah gitu loh.
Nah, ternyata, fenomena selayaknya Bu Tejo ini kelihatannya sedang dilakukan salah satu pejabat negara kita, sobat. Haduhhh, parah banget kan?
Ceritanya, Mbak Puan Maharani selaku Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengeluarkan statement yang cenderung julit dan tendensius banget, sob, ketikamengumumkan pasangan bakal calon kepala daerah PDIP secara serentak.
Doi mengatakan, “Untuk Provinsi Sumatera Barat, rekomendasi diberikan kepada Ir. Mulyadi dan Drs. H. Ali Mukhni. Merdeka! Semoga Sumatera Barat menjadi provinsi yang memang mendukung negara Pancasila.”h
Wadadaw, memang sih pada saat itu kapasitas doi sebagai kader PDIP tetapi kan secara formal sehari-hari jabatan yang diembannya adalah pejabat negara, yaitu Ketua DPR. Harusnya, doi bisa ber-statement yang lebih arif dan bijak ya, sob.
Kalaupun memang tujuannya terkait strategi politik partainya, mbok ya yang ngomong itu orang selain Mbak Puan, jangan mbak secara langsung. Kesannya nggak elegan banget gitu loh.
Kalau PDIP ingin menang di Sumatera Barat (Sumbar), ya coba diformulasikan strategi yang pas. Misal, jalin komunikasi yang baik dengan elite yang ada di sana, buat program yang dapat diterima oleh masyarakat sekitar. Jangan malah ber-statement yang cenderung tendensius. Hadeuhh.
Kan jatuhnya nanti terkesan bahwa Sumbar ini nggak pancasilais selama ini. Memang Mbak Puan rela kalau PDIP dinilai nggak pro-Islamis? Nggak toh?
Kalau Mbak Puan nanti diekspose sama akun lambe turah dan sejenisnya, dengan judul, “Ketua DPR terinspirasi dengan Bu Tejo, akhirnya julit ke Provinsi Sumbar” kan ya repot. Memang, Mbak Puan mau?
Lagian, dengan posisi Mbak Puan saat ini, lebih baik kan menghimbau dan meminta kepada kementerian terkait agar dapat membuat program yang output-nya mereduksi intoleransi di sana – bukan malah membuat kegaduhan.
Lebih-lebih, Provinsi Sumbar ini banyak tokoh yang menjadi pahlawan loh yang jelas-jelas mereka mendukung berdirinya Indonesia – mulai dari Tan Malaka, Imam Bonjol, hingga Soetan Sjahrir.
Duh, Mbak Puan harus belajar dari Lutfi Agizal deh, yang kemarin tersandung kasus ‘Anjay’, biar nggak dikira panjat sosial alias pansos. Upsss. (F46)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.