Site icon PinterPolitik.com

Soal Kanjuruhan, Airlangga Tidak Peka?

soal kanjuruhan airlangga tidak peka

Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar Airlangga Hartarto (kiri) memberikan jersey Tim Nasional (Timnas) Sepak Bola Indonesia kepada pemain sepak bola legendaris asal Brasil, Ronaldinho (kanan), pada Juni 2022 lalu. (Foto: Istimewa)

Setelah Tragedi Kanjuruhan terjadi pada 1 Oktober 2022 lalu, para pejabat dan politisi – seperti Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar Airlangga Hartarto – menyampaikan ucapan belasungkawa melalui sejumlah poster. Namun, poster-poster itu malah menimbulkan polemik di antara warganet Indonesia.


PinterPolitik.com

“The intensity of the motivation regards the level of interest a viewer has in the poster” – Mia Stokmans, Tilburg University

Pernah nggak sih kalian memperhatikan poster-poster film? Dalam perkembangannya, poster film itu memiliki daya tariknya dan daya seninya sendiri lho.

Bahkan, sisi kreativitas dalam poster film juga ditunjukkan dari bagaimana komposisi yang tersusun dalam poster itu. Ketika poster yang dicetak masih memakan biaya yang mahal di beberapa tempat, misalnya, poster film kerap dibuat dengan metode Lukis dengan menggunakan cat.

Nggak jarang, ada juga mereka yang suka mengoleksi poster-poster film. Marc Kalteis yang berasal dari Kanada, misalnya, sudah mengoleksi banyak poster film sejak tahun 1970-an. Film-film klasik seperti Star Wars pun memiliki daya tariknya tersendiri bila dikoleksi posternya. 

Ya, terlepas dari nilai seni yang dimiliki oleh sebuah poster, inti utama dari poster pun sebenarnya adalah untuk membuat produk film atau serial yang dijual menjadi lebih relatable bagi para penonton. Setidaknya, begitulah fungsi poster yang dijelaskan oleh Mia Stokmans dalam tulisannya berjudul Effectiveness of Promotional Film Posters.

Salah satu cara promosi melalui poster yang paling sering dilakukan adalah dengan menampakkan wajah-wajah yang familiar. Mungkin, inilah mengapa para pembuat film dan serial kerap mempertimbangkan bintang yang memainkan peran dalam alur kisah yang ada.

Boleh jadi, ini juga kenapa poster-poster sinetron selalu menampilkan banyak tokoh. Semakin banyak bintang populer yang tampak di poster tersebut, semakin banyak juga para calon penonton yang tertarik untuk menonton.

Hmm, tapi nih, kenapa ya poster sinetron itu selalu terlihat mirip-mirip ya. Biasanya nih, warna background-nya berwarna biru dan putih. Font yang digunakan pun selalu mirip-mirip.

Ya, mungkin, desainer grafis yang mengerjakannya juga dikejar deadline kali ya? Sampai-sampai, foto-foto pemeran yang ditampilkan dalam poster pun biasanya juga mengambil dari stok foto yang sudah ada.

Boleh jadi, rules poster yang semacam ini juga berlaku buat poster-poster para politis dan pejabat nih. Nah, mungkin, mereka berpikir kalau kejadian dan peristiwa besar yang sedang ramai ini cocok buat jadi kisah yang mereka “jual” di poster – mulai dari pencapaian para atlet Indonesia sampai tragedi olahraga seperti di Stadium Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur (Jatim), kemarin.

Siapa tahu ternyata desainer grafisnya juga dikejar deadline juga tuh? Akhirnya, mereka pun menggunakan stok foto yang sudah ada – sampai-sampai tidak sadar kalau foto yang digunakan untuk poster Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar adalah foto yang sedang tersenyum.

Hmm, parah sih. Jangan sampai lah stok foto yang sama digunakan terus bak poster sinetron terlepas dari “kisah” yang ditampilkan dalam poster-poster tersebut. Lagipula, dalam situasi duka seperti ini, bukanlah wajah dalam poster yang mereka butuhkan, melainkan wajah mereka yang benar-benar hadir di antara para korban.

Seperti apa yang diungkapkan oleh filsuf Prancis bernama Emmanuel Lévinas dengan konsepnya rapport de face à face,  satu individu secara etis bertanggung jawab atas satu sama lain dalam sebuah pertemuan tatap muka (face-to-face encounter). Sosialitas manusia inilah yang mungkin dibutuhkan di situasi seperti ini. (A43)


Exit mobile version