“No vas a encontrar nada” – Raquel Murillo, La Casa de Papel (2017-sekarang)
Orang-orang akan selalu mendukung pihak-pihak yang lemah (underdogs). Begitulah ungkapan dari El Profesor dalam seri asal Spanyol yang berjudul La Casa de Papel atau Money Heist (2017-sekarang).
Ungkapan inilah yang akhirnya menjadi salah satu strategi yang digunakan oleh kelompok perampok yang dipimpin oleh El Profesor. Kelompok yang berisikan orang-orang yang dinilai terpinggirkan itu memosisikan diri sebagai pahlawan rakyat yang melawan kekuasaan kelompok elite.
Bersama Tokyo, Rio, Berlin, Nairobi, Helsinki, dan lain-lain, El Profesor menjalankan operasinya di Royal Mint of Spain dan Bank of Spain. Perang narasi pun juga muncul di publik – membuat jumpsuit merah dan topeng Salvador Dali menjadi simbol perlawanan pada kemapanan para elite.
Tidak hanya di dunia seri, jumpsuit merah dan topeng Dali juga menjadi simbol aktivisme di dunia nyata. Kala protes Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) atau omnibus law, misalnya, terdapat sejumlah mahasiswa mengenakan jumpsuit dan topeng itu lho.
Terlepas dari itu, dalam perebutan pengaruh narasi antara El Profesor dan pemerintah Spanyol, sejumlah insiden pun terjadi. Salah satunya adalah ketika Raquel Murillo alias Lisbon ditangkap oleh Alicia Sierra.
Lisbon pun diletakkan dalam ruang interogasi kepolisian. Dalam prosesnya, Alicia pun mencecar Lisbon dengan berbagai pertanyaan. Bahkan, sejumlah taktik dan strategi juga digunakan detektif satu itu guna mendapatkan jawaban dari Lisbon.
Meski begitu, Lisbon tetap menggunakan taktik lain untuk menjaga El Profesor dan kelompoknya. Bahkan, mantan inspektur polisi itu menggunakan strategi untuk mengulur waktu.
Hmm, apa yang dialami Lisbon ini mungkin juga terjadi di dunia nyata lho. Bukan nggak mungkin, proses pertanyaan yang sama juga terjadi pada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ketika dipanggil oleh Polda Metro Jaya terkait kerumunan yang ditimbulkan dari kegiatan Habib Rizieq Shihab (HRS).
Soalnya nih, Anies menyebutkan bahwa dirinya dicecar sebanyak kurang lebih 33 pertanyaan selama sembilan jam. Selain itu, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) tersebut juga menyebutkan bahwa hasil laporan kala itu mencapai sekitar 23 halaman.
Wah, mungkin, seperti Raquel, Anies ini tidak mudah menyerah ketika ditanyai oleh pihak kepolisian. Bukan nggak mungkin, Gubernur DKI Jakarta itu menggunakan strategi dan taktik yang sama pula.
Asumsi ini juga dilontarkan oleh salah satu pegiat media sosial lho, yakni Denny Siregar. Kata beliau, Pak Anies ini pandai dalam mengolah kata sehingga membuat polisi kebingungan. Alhasil, kata Denny, polisi hanya dapat menyimpulkan, “we don’t (know) what we don’t know.”
Hmm, emang nggak salah lagi sih. Nggak sedikit orang memang mengakui bahwa Pak Anies itu merupakan komunikator politik yang ulung. Bahkan, dulu, peran inilah yang akhirnya diperlukan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dari Pak Anies pada tahun 2014 silam.
Ya, terlepas dari itu semua, Pak Anies ini bisa saja tetap menjadi simbol oposisi – bersama HRS – nih dalam dinamika politik ke depan. Layaknya, Lisbon, El Profesor, dan kawan-kawan lainnya di Money Heist, simbol ini bisa jadi memunculkan harapan bagi masyarakat – entah kelompok masyarakat yang mana. Hehe. (A43)