“Kritik yang benar memberi momentum dan semangat. Kritik yang tidak adil tidak perlu ditakuti” – Alfred de Musset, penulis asal Prancis
Gengs, kita harus memiliki strategi khusus dalam menghadapi problem tertentu. Apa pun masalahnya, solusi pasti ada, bahkan lewat cara yang di luar nalar. Hal itu dibuktikan oleh Yanto Basna, salah seorang pemain sepak bola yang mimin sukai sebab mental pantang mundurnya.
Basna sudah tiga tahun berkarier bersama Prachuap FC di Liga Thailand. Di awal-awal kariernya, ia mengalami masalah komunikasi. Ya, wajar sih, cuy, secara bahasa Thailand kan memang membingungkan.
Nggak mau stuck dalam kondisi sulit, Basna pun mencari strategi agar bisa tetap memuaskan pelatih. Strateginya ia namakan ‘pura-pura gila’. Artinya, berani melakukan apa saja meski kadang dianggap salah.
Kalau pemain lain ada yang menertawai, ya bodoh amat. Strategi Basna tersebut efektif dilakukan dalam kondisi terpojok alis kepepet karena strategi ini bisa diterapkan di arena mana pun, tidak hanya sepak bola. Makanya, rata-rata orang juga menggunakan strategi yang sama.
Mungkin, anggapan itu terbawa dan diaminkan oleh orang-orang yang masih nggak percaya bahwa pelaku penusukan Syekh Ali Jaber menderita gangguan psikis berupa ‘kegilaan’. Bagi sejumlah orang, pelakunya tuh bukan ‘gila’, melainkan ‘pura-pura gila’ aja sih.
Yaelah, kok jadi ribet begini, cuy? Ya sudahlah, soal itu biar ditangani pihak berwenang. Mimin justru tertarik dengan perilaku politik yang langsung diperagakan oleh politisi nih.
Adalah PKS yang mendadak menarik masalah ini ke dalam babagan legislasi lewat politisinya yang duduk sebagai Anggota Komisi VIII DPR RI Bukhori Yusuf. PKS berujar bahwa adanya penusukan tersebut menandakan Indonesia darurat perlindungan terhadap para ulama sehingga ini menuntut adanya payung hukum yang menjamin keselamatan para pemuka agama.
Ya nggakpapa sih. Baik kok apa yang dikatakan PKS tuh. Semua warga negara kan memang wajib merasa aman hidup di Indonesia.
Tapi, bukan apa-apa ya, takutnya entar niat baik PKS ini disalahartikan oleh sebagian kalangan lho. Kan, mungkin saja toh ada orang yang berpikiran bahwa PKS tuh sebenarnya cuman cari momentum di balik kasus penusukan ini.
Bahkan bisa-bisa orang menganggap statement di depan publik ini nggak lebih dari sekadar cari perhatian pemilih. Secara, Ali Jaber tuh punya massa yang banyak sekali.
Mimin bukan suuzon lho, cuy. Hanya mengingatkan di masa Pilkada begini, orang harus pandai meletakkan sesuatu sesuai tempatnya. Kalau soal legislasi ya – seperti RUU Perlindungan Ulama, omongin aja di meja legislator. Hehe. (F46)
