HomeCelotehSiasat Jitu Jokowi Pilih Stafsus

Siasat Jitu Jokowi Pilih Stafsus

“All those articles that scold Millennials for their supposed entitlement? Forget them. Millennials are great employees.”

– Neil Blumenthal, Warby Parker co-CEO


 PinterPolitik.com

Hai, sobat milenial! Baru-baru ini Jokowi Presiden kita, baru aja ngangkat tujuh orang dari generasi milenial buat jadi staf khususnya loh! Wah, seru nih. Pasalnya selama ini, jabatan strategis di lingkaran Istana selalu diisi dengan generasi baby boomer yang dinilai lebih berpengalaman.

Tentunya kalian penasaran kan siapa aja yang sekarang nemenin Pak Jokowi dinas sama ngasih saran yang berbau kepemudaan. Yuk kita liat!

Pertama ada Adamas Belva Syah Devara yang merupakan lulusan dari Harvard dan Stanford, nah Mas Adamas ini merupakan CEO sekaligus pendiri Ruangguru.

Kedua, ada Putri Tanjung yang usianya paling muda yaitu 23 tahun. Eits, jangan salah boleh paling muda tapi prestasi gak kalah. Putri dari konglomerat Chairul Tanjung ini merupakan CEO dari Creativepreneur.

Lalu ada Andi Taufan Garuda Putra yang juga salah satu alumi Harvard dan juga CEO Amarta Microfintech. Menyusul ada Ayu Kartika Dewi pendiri Lembaga Sabang Merauke 1000 Anak Bangsa. Kemudian ada Billy Mambrasar yang pernah kuliah di Oxford dan sekarang jadi CEO Kitong Bisa.

Berikutnya ada Mbak Angkie Yudistia. Mbak Angkie ini merupakan penyandang disabilitas, namun ini gak menghentikan dia buat sukses dong tentunya! Sekarang Angkie aktif sebagai sociopreneur melalui Thisable Enterprise. Hebat banget deh Mbak Angkie ini! Terakhir ada Aminuddin Maruf yang merupakan seorang santri dan pernah menjadi ketua PMII.

Baca juga :  Dompet Berjalan Presiden RI? #PART2

Pemilihan staf khusus yang nano-nano oleh Pak Jokowi ini tentunya bikin kita sadar bahwa perbedaan latar belakang gak melulu menjadi penghalang untuk sukses.

Eh tapi, banyak yang merespons negatif pemilihan staf khusus ini. Salah satunya Wakil Ketua Partai Gelora, Fahri Hamzah yang bilang staf khusus itu cuman jadi etalase Jokowi buat pamer keberhasilan anak muda. Terus juga ada Refly Harun yang bilang kalo staf khusus ini cuman ngabisin anggaran aja, sudah tidak full-time Presiden pun gak selalu butuh mereka.

Cuman, berdasarkan riset mengenai milenial dan healthy working environment di luar negeri kayak Jepang sama Selandia baru, keputusan Pak Jokowi ini udah tepat!

Loh kok bisa? Iyalah! Soalnya, generasi milenial ini dikenal punya cara yang berbeda dalam bekerja. Kalo dulu harus dateng ke kantor terus pulang malem dengan gaji minim, milenial justru sebaliknya.

Baru-baru ini Microsoft di Jepang bikin eksperimen dengan mempekerjakan karyawannya empat hari dalam seminggu, hasilnya produktivitas meningkat sebesar 40%. Lalu di New Zealand Firma Perpetual Guardian juga bikin eksperimen dimana pekerja mereka cuman kerja 30 jam per minggu tapi digaji 37.5 jam. Hasilnya pun memuaskan, bahkan kadar stres berkurang.

Udah jelas dong, milenial punya cara kerja yang lebih flexible. Jadi kerja gak full-time sama gaji Rp. 51 juta gak masalah selama staf khusus bisa kasih hasil yang memuaskan. Kayaknya yang harusnya diubah yah mindset orang yang masih berpikir ala zaman dulu. Adaptasi dong sama tuntutan zaman. (M52)

 

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Baca juga :  Haji Isam: Yury Kovalchuk-nya Prabowo?

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Gerindra-PKS Tega Anies Sendiri?

“Being alone is very difficult.” – Yoko Ono PinterPolitik.com Menjelang pergantian tahun biasanya orang-orang akan punya resolusi baru. Malah sering kali resolusi tahun-tahun sebelumnya yang belum...

Ada Luhut, Langkah Bamsoet Surut?

“Empires won by conquest have always fallen either by revolt within or by defeat by a rival.” – John Boyd Orr, Scottish Physician and...

Balasan Jokowi pada Uni Eropa

“Negotiations are a euphemism for capitulation if the shadow of power is not cast across the bargaining table.” – George P. Shultz PinterPolitik.com Sekali-kali mari kita...