Site icon PinterPolitik.com

Siap Djoko Tjandra Hadapi Antasari?

Siap Djoko Tjandra Hadapi Antasari

Mantan Ketua KPK Antasari Azhar. (Foto: Antara)

“Secara umum, korupsi cenderung ada setiap kali pemerintah ingin memperpanjang, atau menjual sesuatu” – Alan Greenspan, Ketua Federal Reserve Amerika Serikat (1987-2006)


PinterPolitik.com

Gengs, memang ya kalau namanya tokoh mau dibagaimanakan tetap saja punya pengaruh. Coba kalian lihat film yang realistis tentang pahlawan super. Maksudnya, pahlawan super yang benar-benar bisa dipraktikkan dalam kehidupan, bukan pahlawan super buatan yang bisa menghancurkan besi sekali sentuh.

Misal, film Gabbar is Back yang sempat menarik hasrat tontonan mimin terhadap film action Asia. Dalam film itu, Gabbar yang diperankan oleh Akshay Kumar muncul sebagai tokoh yang punya dua karakter sekaligus: dicintai pun dibenci.

Ia dicinta oleh mahasiswa-mahasiswanya yang tergabung ke dalam sindikat gerakan anti-koruptor. Sedang ia dibenci, bahkan sangat ditakuti, oleh para pejabat serta kolega mereka yang terjebak pada permainan korupsi, kolusi dan nepotisme.

Gak tanggung-tanggung, cuy, Gabbar kalau mau menghukum koruptor, pasti mencari semua dokumen bukti tindak korupsinya dulu. Barulah Gabbar menculik dan menggantung koruptor di tiang dekat keramaian dengan berkalungkan semua data bukti hasil korupsinya.

Ya, namanya juga manusia, Gabbar pun berpikir bahwa tindakannya salah karena menghentikan korupsi dengan cara membunuh. Hingga akhirnya ia memutuskan menyerahkan diri ke polisi yang bertahun-tahun dikadali.

Yang menarik adalah pada saat Gabbar mau dibawa ke tahanan. Mobil polisi yang membawanya dihadang oleh ribuan mahasiswa yang menggelar demo menuntut pembebasan Gabbar karena ia orang baik dan benar serta musuh bagi para koruptor.

Ketika Gabbar keluar dari mobil untuk menenangkan massa, di situlah ia benar-benar membuktikan bahwa penjara tidak selalu berlaku bagi penjahat saja, melainkan juga orang benar yang terpaksa mengalah.

Sama halnya dengan Gabbar, kayaknya Indonesia punya sosok seperti itu. Salah satunya ya Pak Antasari Azhar, mantan Kejaksaan Agung sekaligus Ketua KPK. Terbaru nih, dalam pemecahan kasus Djoko Tjandra, Bareskrim meminta Pak Antasari supaya mau menjadi justice collaborator (JC) karena salah satu orang yang paham sama kasus Djoko Tjandra ya Pak Antasari.

Lha wong pada tahun 1999-2000-an, dia merupakan jaksa yang getol terlibat dalam tuntutan-tuntutan atas kasus di Bank Bali, di mana si Djoko Tjandra ini terseret. Bahkan, langkah awal menjadi JC, Pak Antasari secara cermat menanyakan hal yang luput dari pengamatan publik, yakni soal nasib uang sitaan sebesar 546 miliar.

Kerennya, semua itu disampaikan secara datar tapi menohok begini, “Kepada semua pihak yang peduli pada kasus ini dan pemberantasan korupsi di saat ini dan masa depan, saya secara pribadi mempertanyakan itu, apakah itu sudah dieksekusi atau belum?” Behh, ngeri gak tuh?

Ibaratnya nih, Pak Antasari ini seperti Ariel Noah gitu, keluarnya dari penjara masih tetap ditunggu dan dicari. Kalau Ariel ibaratnya kunci dalam dunia musik, Pak Antasari ini kunci dalam kasus korupsi.

Kalau begini, mimin jadi berdebar deh. Pasalnya, baru saja kemarin kasus Djoko Tjandra ini menyeret salah satu pejabat di internal Polri dan Kejaksaan juga. Siapa tahu dengan adanya Pak Antasari ini semakin terungkap deh para mafia kelas kakap di balik semua ini?

Secara, mimin masih inget dengan salah satu pendapat yang mengatakan bahwa dahulu saat Pak Antasari dipenjara, itu bukan semata karena kesalahan pidana, melainkan ada unsur kriminalisasi, sebab Pak Antasari garang kalau suruh ngungkap oknum-oknum, gengs.

Ya sudah, kita lihat aja, ya. Semoga Pak Antasari mampu menjadi sosok seperti kata Ariel Noah. “Hari yang cerah untuk jiwa yang sepi.” Hehehe. (F46)

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Exit mobile version