Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan hanya ada satu matahari di Partai Demokrat. Tegasnya, saat ini yang memimpin partai adalah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Kenapa SBY mengeluarkan pernyataan itu?
Hayo, siapa di sini yang suka anime Hamtaro? Sepertinya banyak lah ya. Hamtaro dan teman-teman hamster imutnya kan tontonan kita semasa kecil. Kita pasti ingat dong apa makanan kesukaan Hamtaro? Yups, betul. Biji bunga matahari alias kuaci guys.
Ternyata nih guys, enggak cuma Hamtaro dan teman-temannya yang dekat dengan biji bunga matahari lho. Politisi Indonesia, yakni Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga punya kedekatan yang sama. Tapi bedanya, bukan dekat dengan biji bunga matahari, tapi mataharinya aja. Hehe.
Kalau dulu teman-teman ingat, ketika menjabat RI-1 di periode 2004-2009, di tubuh pemerintahan SBY diisukan terdapat matahari kembar. Selain dirinya, sosok sang wakil, yakni Jusuf Kalla (JK) dipercaya begitu berpengaruh. Pak JK sendiri sudah menepis dugaan ini. Terangnya, memang ada pembagian tugas antara Pak SBY dengan dirinya.
Tidak berhenti di situ. Sekarang, ketika tidak lagi duduk di kursi kekuasaan, Pak SBY tetap kena isu seputar matahari kok. Loh, kok bisa?
Usut punya usut, isu matahari saat ini berbeda dengan isu sebelumnya. Jika sebelumnya pihak luar yang memunculkan, sekarang justru Pak SBY yang memunculkannya sendiri. Saat menyampaikan sambutan pada 17 April di hadapan kader Partai Demokrat, Pak SBY menyebut hanya ada satu matahari di tubuh partai.
“Saat ini dalam perjuangan politik Demokrat yang memimpin adalah Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Ingat, hanya ada satu matahari dalam Partai Demokrat,” begitu ungkap Pak SBY.
Membacanya dari kacamata komunikasi politik, penegasan itu dapat kita dimaknai dalam dua cara guys. Pertama, ini adalah langkah bijak Pak SBY agar Partai Demokrat dapat lepas dari bayang-bayangnya.
Bagaimana pun, sebagai presiden dua periode, sinar Pak SBY terlalu terang untuk segera diganti oleh Mas AHY. Katanya sih begitu.
Kedua, ini justru merupakan bentuk kekhawatiran lho. Soalnya, kalau melihat berbagai konflik yang melanda Partai Demokrat, khususnya upaya kudeta dari Pak Moeldoko, bukan tidak mungkin Pak SBY memiliki kekhawatiran terhadap legitimasi kepemimpinan Mas AHY dari kader partai mercedes.
Kalau mengutip buku State-Building: Governance and World Order in the 21st Century dari Francis Fukuyama, tiap-tiap individu dalam organisasi itu mempunyai cara berpikir yang berbeda. Nah, ini kemudian membuat anggota organisasi dapat bergerak berlawanan dengan komando organisasi jika tujuan atau kepentingan individualnya tidak atau kurang terpenuhi.
Melihat banyak beredarnya keraguan terhadap kepemimpinan Mas AHY, bukan tidak mungkin menjadi alasan SBY untuk memberikan pernyataan terbuka. Ini mungkin dapat dipahami sebagai bahasa bersayap yang bermakna, “Jangan ragukan kepemimpinan AHY. Dia lah matahari Demokrat saat ini”.
Seperti pengakuan Pak SBY, sudah lama sebenarnya ia ingin berhenti tampil di panggung depan politik. Pak SBY juga menyebut sudah lama tidak membicarakan politik praktis dan kekuasaan. Dengan pengakuan itu, tentu ada perhitungan kenapa Pak SBY harus kembali tampil dan memberikan pernyataan terbuka semacam itu.
Soalnya nih, tampilnya Pak SBY untuk memberikan pernyataan terbuka biasanya ketika terjadi isu politik besar. Misalnya ketika mengomentari usaha kudeta Partai Demokrat beberapa waktu yang lalu.
Well, kasus Pak SBY sepertinya tidak sama dengan Hamtaro guys. Jika (biji bunga) matahari membuat Hamtaro bahagia setiap hari, Pak SBY sepertinya cukup kesulitan jika harus sering-sering berhadapan dengan matahari. Hehe. (R53)