Pertemuan antara Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla (JK) mencuri atensi publik dan melahirkan berbagai spekulasi politik. Lantas, mungkinkah reuni SBY-JK ini dapat membuat cinta lama bersemi kembali (CLBK)?
Akhir akhir ini kita dihadapkan pada banyak peristiwa politik yang menarik, seperti terbentuknya koalisi partai, jadwal Rapat Kerja Nasional (Rakernas) partai yang beriringan, dan pertemuan para elite partai. Hal ini menandakan bahwa eskalasi politik jelang Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) di tahun 2024 mendatang sedang meningkat.
Peristiwa monumental yang paling hangat salah satunya terkait Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY yang juga merupakan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, bertemu dengan Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla alias Pak JK yang juga mantan Ketua Umum Partai Golkar.
Pertemuan keduanya menghadirkan pertanyaan besar dalam benak publik. Apa yang dibicarakan oleh mantan duet Presiden-Wapres periode 2004-2009 ini? Seberapa pentingkah pembicaraan itu sehingga mereka harus melakukan pertemuan langsung?
Sedikit memberikan konteks, meski SBY dan JK merupakan pasangan Presiden dan Wapres yang menang pada Pilpres 2004, tapi pada Pilpres 2009 mereka memilih untuk bersaing. Persaingan ini yang kemudian ditafsirkan sebagai simbol perpisahan keduanya.
Dengan demikian, pertemuan SBY dan JK kali ini dapat ditafsirkan sebagai cinta lama yang bersemi kembali. Anak-anak muda zaman sekarang menyebutnya CLBK. Ini sebuah istilah yang mengandaikan sebuah cerita cinta yang sempat tertunda karena sebuah kondisi tertentu, dan pada akhirnya dirajut kembali.
Nyatanya, layaknya realitas cinta yang dihadapi sehari-hari, politik pun menampilkan peristiwa yang sama. Di mana mozaik kehidupan seolah terintegrasi dengan cara berpikir politik, memberikan kesempatan untuk mengulang kembali, dan mungkin dapat melahirkan harapan baru.
Kadang berseteru, kadang akrab kembali, putus nyambung seperti dua sejoli yang sedang pacaran. Rupanya konsep semacam ini juga mendapatkan tempat dalam filosofi Jawa, yang disebut dengan mulur-mungkret.
Alegorisasi semacam ini, mengantarkan kita pada spekulasi bahwa mungkin saja pertemuan yang langka dan seolah menjadi harapan baru ini, berujung pada perjodohan politik antara Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Tentunya SBY punya kepentingan terhadap pencalonan AHY, sedangkan JK sangat mungkin mewakili Anies, yang dianggap sebagai murid politiknya. Yap, pertemuan tersebut merupakan lobi-lobi politik untuk menyamakan persepsi dalam pertarungan koalisi pada 2024.
Hal ini diperkuat dengan analisa dari Adib Miftahul Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN), yang mengatakan bahwa pertemuan SBY-JK tidak jauh dari persoalan pilpres. Jika bukan karena agenda khusus, JK bisa saja menghubungi SBY melalui telepon
Hmm, semakin jelas bahwa pertemuan SBY-JK ini tidak bisa dilepaskan dengan konteks politik hari ini. Sedikit berandai-andai, jika SBY-JK bisa CLBK, maka partai-partai pengusungnya pada Pilpres 2004, apakah bisa ikut CLBK di Pilpres 2024? Jawabannya kita lihat nanti. (I76)