Anies Baswedan telah mengakhiri masa jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 16 Oktober kemarin. Namun, tampaknya, warisan yang ia bangun di Jakarta selama ini justru mendapatkan sindiran dari partai yang mengusungnya pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017 silam.
“Amenities are designed to keep a player’s citizens happy and content. The larger a city’s population is, the more amenities they need to remain content” – Jack Vander, “Civilization 6: How to Gain Amenities (& What They Do)” (2020)
Sampai jumpa, Pak Anies Baswedan! Mungkin, pesan inilah yang bisa kita semua sampaikan kepada beliau setelah akhirnya menyelesaikan masa jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta sejak tahun 2017 silam.
Memang nggak mudah sih mengurusi Jakarta yang begitu besar ini. Sepanjang lima tahun, layaknya sebuah hubungan pada umumnya, pasti ada ups dan downs-nya. Ada bahagianya dan ada juga susahnya.
Namun, berakhirnya masa jabatan Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta ini juga diwarnai dengan diskursus politik terkait pencalonannya sebagai calon presiden (capres) pada tahun 2024 mendatang. Nggak jarang akhirnya muncul partai-partai politik (parpol) yang angkat bicara soal kepemimpinannya di Jakarta selama ini – bahkan (mungkin) juga datang dari parpol yang mengusungnya di ibu kota.
Parpol tersebut adalah Partai Gerindra. Beberapa saat usai deklarasi pencapresan Anies oleh Partai Nasdem, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Gerindra Ahmad Muzani langsung bilang kalau pemimpin itu omongannya yang dipegang – dengan maksud mengungkit janji Anies yang tidak akan mengkhianati Ketum Gerindra Prabowo Subianto yang juga diusung menjadi capres 2024.
Hmm, nggak berhenti di situ, Pak Ahmad Muzani ini baru-baru ini tampaknya kembali menyindir Pak Anies. Katanya sih, kita sekarang banyak disajikan oleh calon-calon pemimpin yang hanya membuat tempat selfie (swafoto) dari fasilitas-fasilitas yang ada.
Pak Anies sih emang dikenal dengan fasilitas-fasilitas “tempat selfie” semasa menjabat jadi Gubernur DKI Jakarta. Kita bisa lihat dari gimana jembatan penyeberangan orang (JPO) diubah menjadi lebih aesthetic – seperti JPO tanpa atap, JPO Pinisi di Karet Sudirman, hingga sky view di Bundaran HI.
Tapi nih, apa yang dilakukan Pak Anies ini nggak salah dong. Gimana pun juga, masyarakat Jakarta juga butuh hiburan semacam ini.
Ya, mungkin, Pak Ahmad Muzani ini nggak pernah main games simulasi pemerintahan dan politik seperti Civilization, Tropico, hingga Simcity nih kayaknya. Di Civilization VI, misalnya, hal-hal seperti ini penting lho biar penduduknya tetap happy.
Seperti apa yang dijelaskan oleh John Ely Buchard dalam tulisannya The Urban Aesthetic, estetika sebuah kota yang bagus itu bergantung pada stimulus penginderaan yang juga didukung oleh sisi visual juga.
Lagipula nih ya, kan, nggak hanya Pak Anies yang pekerjaannya bangun tempat-tempat selfie? Ada juga Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno yang malah tugasnya adalah membangun tempat-tempat yang Instagram-able.
Hmm, apakah Pak Ahmad Muzani ini juga mau nyindir Pak Sandi juga nih? Masa iya kader – atau kepala daerah yang diusung sendiri – malah dikritik semua, Pak? Hadeh. (A43)