Site icon PinterPolitik.com

Sandi, Anak Emas Yang Dipinggirkan?

Sandi, Anak Emas Yang Dipinggirkan?

Sandiaga Uno. (Foto: Alinea)

“Jika ada kader Gerindra yang tidak ingin ikut rombongan kereta. Saya minta untuk turun sebelum kereta ini jalan,” – Ahmad Muzani, Sekretaris Jenderal Partai Gerindra


PinterPolitik.com

Isu terkait kesetiaan selalu hadir di setiap penggalan pengalaman kehidupan manusia. Bukan hanya hubungan pertemanan atau asmara, tapi juga hubungan antara kader dengan partai politik (parpol).

Jika kesetiaan tidak mendasari hubungan politik, besar kemungkinan hubungan tersebut akan kandas.

Mungkin, ini yang terjadi kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno saat mengungkapkan keinginannya ikut dalam kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Sedikit memberikan konteks, kenapa pernyataan ingin maju Sandi ini dikorelasikan dengan kesetiaan, karena secara organisasi partai, Gerindra telah sepakat dengan bulat untuk mengusung ketua umumnya Prabowo Subianto sebagai calon presiden di 2024.

Sehingga sangat wajar jika muncul resistensi. Seperti yang diperlihatkan oleh dua pimpinan Partai Gerindra, Ketua Harian DPP Partai Gerindra Sufmi Ahmad Dasco dan Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani.

Dasco hanya mengingatkan Sandi, bahwa saat ini ia masih berstatus sebagai kader Gerindra, sehingga perlu untuk patuh terhadap aturan dan kesepakatan partai.

Sedangkan Ahmad Muzani mungkin lebih keras berargumen. Ia menyebut hanya ada satu gerbong di Partai Gerindra, yakni Prabowo. Siapa pun yang tak sepakat dipersilakan keluar dari partai.

Siap Nyapres, Sandi Dijewer Gerindra?

Persoalan ini seolah menguji kesetiaan politik Sandi kepada Gerindra. Karena sangat disayangkan jika Sandi yang selama ini dianggap sebagai “anak emas” Gerindra memutuskan untuk tidak lagi bersama.

Terlalu mahal harga yang harus dibayar untuk kedua pihak jika memutuskan untuk berpisah, baik itu untuk Sandi maupun Gerindra.

Gerindra merupakan cinta pertama Sandi. Seperti yang diketahui, Sandi bergabung pada pertengahan tahun 2015 saat dirinya hendak maju di Pilgub DKI Jakarta mendampingi Anies Baswedan.

Sandi rela melepaskan 16 jabatan yang diembannya di bawah Grup Saratoga, termasuk PT Adaro Energy Tbk, untuk fokus pada karier politiknya di Gerindra.

Anyway, menarik juga melihat Sandi dalam konteksnya sebagai anak emas di awal masuk Gerindra. Tapi, entah kenapa saat ini ia seolah menjadi anak tiri di partainya sendiri.

Persoalan semacam ini juga sering kita jumpai dalam sebuah keluarga. Dengan alasan tertentu, mereka mempunyai “anak emas” atau anak kesayangan dan “anak tiri” atau anak yang kurang disayangi. Hal ini membuat rumah tangga berkonflik dan hanya melahirkan duka.

Hmm, agak rumit sih persoalan perubahan status Sandi dari “anak emas” menjadi “anak tiri”. Memang dalam politik semua pasti berubah. Tidak ada teman sejati dan juga lawan abadi, yang ada hanya bagaimana kepentingan bisa terwujudkan. Hehehe. (I76)


Kelas Revolusi Baru, Jalan Nadiem Menuju Pilpres
Exit mobile version