HomeCelotehSaatnya Sunda Empire Ikut G20?

Saatnya Sunda Empire Ikut G20?

Negara-negara G7 – seperti Amerika Serikat (AS), Jepang, dan negara-negara Barat – melakukan pertemuan darurat di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, Indonesia, akibat situasi memanas terkait rudal buatan Rusia yang menghantam Polandia. Apakah ini saatnya Sunda Empire turun gunung untuk damaikan situasi?


PinterPolitik.com

“Who put this s**t together? I’m the glue” – Travis Scott, “SICKO MODE” (2018)

Dunia sedang tidak baik-baik saja. Itulah kalimat yang mungkin terbesit di pikiran banyak orang saat ini. Setelah pandemi Covid-19 menghantam dunia pada tahun 2020 lalu, kini dunia harus menghadapi dampak-dampak ekonomi dan sosial yang diakibatkan oleh perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina.

Gimana nggak? Krisis pangan dan energi disebut-sebut terjadi akibat konflik tersebut. Gandum, misalnya, terhambat suplainya akibat konflik Rusia-Ukraina. Tidak hanya gandum, Rusia juga merupakan salah satu negara produsen minyak bumi.

Alhasil, perang ini membawa sejumlah konsekuensi bagi dunia. Tingkat inflasi menjadi semakin sulit terkontrol di negara-negara Eropa. Harga bahan bakar minyak (BBM) pun meningkat, termasuk di Indonesia.

Atas dasar inilah, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengajak negara-negara anggota G20 untuk mengesampingkan perbedaan politik guna membicarakan isu-isu esensial di KTT G20 Bali yang dilaksanakan pada 15-16 November 2022.

Namun, yang namanya negara ya, ada aja negara yang tetap melontarkan kritik terhadap Rusia dan menyalahkan negara yang diwakili oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov di KTT G20 itu sebagai biang kerok atas konflik yang membara di Eropa Timur tersebut.

Lavrov sendiri juga dikabarkan meninggalkan KTT G20 Bali lebih awal. Hal ini mirip dengan apa yang terjadi di Pertemuan Menlu G20 pada bulan Juni 2022 lalu.

Baca juga :  Putin Balas Rudal, Semua Kelabakan?

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) juga udah berusaha untuk menengahi Rusia dan Ukraina. Namun, hasilnya pun dinilai nihil karena perang yang dimulai Februari 2022 lalu itu belum juga berakhir.

KTT G20 Bali Bakal Panas

Apalagi nih, situasi disebut memanas karena adanya dugaan rudal buatan Rusia yang menghantam Polandia – salah satu negara anggota North Atlantic Treaty Organization (NATO). Sontak, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengadakan rapat darurat dengan negara-negara anggota G7 di sela-sela KTT G20.

Hmm, situasi yang makin panas ini bisa saja berujung pada konflik antara NATO dan Rusia. NATO sendiri dibentuk sebagai collective security (keamanan kolektif) terhadap ancaman Uni Soviet pada era Perang Dingin dulu. Kini, NATO seperti menjalankan fungsi sebagai kumpulan negara-negara Barat yang ingin menghalau pengaruh Rusia agar tidak tumbuh lagi seperti pada era Uni Soviet. 

Wajar sih bila sejumlah negara Eropa masih takut dengan Rusia. Seperti yang dijelaskan oleh John J. Mearsheimer dalam bukunya The Tragedy of Great Power Politics, negara-negara akan selalu berusaha memperkuat diri di tengah anarki dan potensi ancaman dari negara lain – termasuk dengan membangun keamanan kolektif.

Buruknya, kondisi kawasan Eropa yang makin tidak stabil ini berdampak ke negara-negara di kawasan lain. AS sendiri yang disebut sebagai hegemon global tidak mampu untuk benar-benar mengakhiri konflik yang membara ini.

Padahal nih ya, di studi Hubungan Internasional (HI), ada sebuah teori yang disebut sebagai hegemonic stability theory. Intinya, teori ini menjelaskan bahwa kehadiran sebuah negara hegemon bisa menciptakan stabilitas pada tingkat tertentu.

Mungkin, di tengah situasi yang makin tidak pasti ini, sudah saatnya hegemon global lain turun gunung – selain Wakanda yang kemarin beredar foto soal kehadiran Ratu Ramonda di KTT G20 Bali. Boleh jadi, ini adalah saat yang tepat agar Sunda Empire diundang juga di KTT G20.

Baca juga :  Around the World in 15 Days

Sebagai imperium yang berkuasa, mungkin Sunda Empire bisa mendudukkan Rusia, AS, Ukraina, dan negara-negara Eropa agar bisa mencari solusi damai – sebuah upaya gagal yang pernah dilakukan oleh Presiden Jokowi. Hmm, apakah perlu nih Pak Jokowi minta bantuan Sunda Empire juga? (A43)


spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?