HomeCelotehSaatnya Puan Unjuk Gaya Kepemimpinan?

Saatnya Puan Unjuk Gaya Kepemimpinan?

Pemerintah melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Menteri Agama (Menag), dan Menteri Kesehatan (Menkes) menetapkan bahwa bulan Juli 2021 menjadi titik awal kembali diadakannya kegiatan belajar dan mengajar secara tatap muka di sekolah. Guna mendukung SKB tersebut, Ketua DPR Puan Maharani memberikan usulan ide. Mungkinkah ide tersebut?


PinterPolitik.com

Semakin ke sini, pandemi Covid-19 semakin parah. Gimana nggak? Ribuan kasus mulai bermunculan dari waktu ke waktu. Fasilitas dan tenaga kesehatan mulai kewalahan dalam menghadapi munculnya kembali gelombang kasus positif.

Tidak hanya Jakarta, ledakan kasus positif Covid-19 juga terjadi di sejumlah daerah lainnya, seperti di Bangkalan, Jawa Timur (Jatim), dan di Kudus, Jawa Tengah (Jateng). Selain dua daerah tersebut, jumlah kasus positif juga terus bertumbuh di daerah lainnya, seperti Bandung, Jawa Barat (Jabar).

Namun, di tengah ledakan kasus penularan di berbagai daerah, pemerintah telah memutuskan agar sekolah tatap muka dilaksanakan pada Juli 2021. Keputusan ini sebenarnya beralasan sih. Banyak lho siswa-siswi yang kesulitan sekolah dengan sejumlah keterbatasan untuk berpartisipasi dalam pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Tapi, tenang, guys. Ada pejabat dan politikus yang memiliki ide agar siswa-siswi kita dapat mengikuti kegiatan belajar di sekolah secara tatap muka dengan meminimalisir potensi penularan Covid-19. Ide ini datang dari Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Puan Maharani.

Kata Mbak Puan, siswa dan siswi Indonesia bisa tetap menjalankan kegiatan belajar dan mengajar secara tatap muka. Namun, kegiatan itu bisa dilakukan di luar ruangan agar potensi penularan Covid-19 dapat menjadi lebih minim lagi.

Baca Juga: Mengintip Teaser Mbak Puan

Baca juga :  Pak Prabowo! Waspada Indonesia Debt-Su*cide! 
Puan Baliho di Atas Angin

Hmm, benar sih kalau di luar ruangan potensi penularan menjadi lebih minim. Tapi, kan, Indonesia ini bukan terletak di Skandinavia. Pasti gerah dan sumuk dong, Mbak Puan. Huhu.

Selain panas dan sumuk, Indonesia dengan iklim tropis juga punya cuaca yang semakin tidak menentu. Bisa tuh, tiba-tiba, hujan deras datang dan melanda. Beuuh, apalagi kalau tiba-tiba banjir ikut melanda, bisa basah semua tuh buku-bukunya.

Ya, itu semua hanya sekadar tantangan-tantangan yang lain bisa muncul bila usulan Mbak Puan dilaksanakan sih. Bukan berarti usulan Mbak Puan buruk lho ya, gengsHmm.

Mungkin nih, Mbak Puan bisa memberi contoh nih gimana caranya menjalankan kegiatan di luar ruangan. Misal nih, sekali-kali, dicoba tuh DPR melakukan rapat di luar ruangan bersama Mbak Puan. Barang kali, bapak dan ibu di DPR akhirnya bisa menjadi teladan buat masyarakat. Hehe.

Lagipula, ini bisa jadi latihan buat Mbak Puan juga lho kalau nanti beneran terbiasa melakukan kegiatan di luar ruangan. Siapa tahu nanti Mbak Ketua DPR bakal melakukan blusukan ke berbagai sekolah? Ya kan? Kan, kata orang-orang, Mbak Puan mau maju dengan formula “teh botol”? Hehe.

Ya, terlepas dari bisa atau nggak-nya ide dari Mbak Puan ini, sudah waktunya sih buat Ketua DPR itu memberikan solusi-solusi bagi berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat. Kan, dari seorang pemimpin, diperlukan juga tuh kepemimpinan yang solutif – bukan hanya sekadar marah-marah di depan bawahan-bawahannya. Uppss. (A43)

Baca Juga: Inikah Penentu ‘Takdir’ Puan 2024?


Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?