Site icon PinterPolitik.com

Saatnya Puan Bela ‘Kaum Gorengan’

Saatnya Puan Bela Kaum Gorengan

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Puan Maharani (tengah) membeli nasi kucing dan sejumlah gorengan di sebuah angkringan kala berkunjung ke Sleman, Yogyakarta, pada 11 November 2021 lalu. (Foto: DPR)

Harga crude palm oil (CPO) yang terus naik membuat Kementerian Perdagangan (Kemendag) memilih agar minyak goreng dijual dalam bentuk kemasan daripada dalam bentuk curah. Alhasil, banyak rumah tangga dan pedagang gorengan “menjerit”. Apakah ini saatnya Ketua DPR RI Puan Maharani membela “kaum gorengan”?


PinterPolitik.com

Sebuah negeri yang bernama Nusantara di alternate universe Bumi-45 dikenal sebagai tempat yang sangat indah. Keanekaragaman yang dimiliki bangsa ini turut memperkaya keindahan tersebut.

Dengan keanekaragaman ini, tentunya juga bermacam-macam rasa kuliner yang dimilikinya. Ada Soto Lamongan, Soto Banjar, Soto Betawi, hingga Coto Makassar.

Meski beraneka macam, ada satu jenis makanan yang bisa ditemui di setiap daerah kekuasaan Nusantara, yakni gorengan. Bisa dibilang, sebagian besar orang di negeri ini suka dengan jenis makanan satu ini – tidak terkecuali Rani.

Hampir setiap hari, Rani menyempatkan diri untuk membeli gorengan yang banyak disajikan di pinggir jalan. Sebenarnya, ini juga bukanlah hal yang aneh. Pasalnya, ruang tengah jalan menjadi ruang yang dilarang untuk disinggahi para penjaja makanan ringan ini.

Pada suatu hari, Rani pun melakukan aktivitas rutinnya itu. Namun, ia dibuat kaget. Bagaimana tidak? Harga gorengan tiba-tiba melonjak. “Padahal, saya kira gorengan bukan komoditas trading layaknya Bitcoin,” ucap Rani dalam batin.


Rani: Permisi, Bang. Mau beli gorengannya lima puluh ribu dong.

Abang Gorengan: Baik, Kak. Sesuai pesanan ya?

Rani: Yaelah, dikira pesannya dari aplikasi apa? Hmm.

Abang Gorengan: Sekarang sudah zaman serba digital dan cashless, Mbak. Kalau nggak percaya, coba tanya mereka-mereka yang kesulitan makan tiap hari. Banyak dari mereka juga cashless.

Rani: Hmm, iya ya. Bagaimana ya nasib mereka?

Abang Gorengan: Ya, gimana lagi, Mbak? Agak sulit sih kalau ketidaksetaraan ekonomi seperti ini masih jadi persisting problem in this country.


Baca Juga: ‘Goreng-gorengan’ ala Puan Maharani?


Rani: Widih. Abang dari Jayakarta Selatan ya?

(Percakapan ringan berlanjut hingga Abang Gorengan selesai menyelesaikan pesanan Rani.)

Abang Gorengan: Ini, Mbak. Sudah selesai pesanannya.

Rani: Ini ya duitnya, Bang.

(Setelah menerima makanannya, Rani pun dibuat kaget.)

Rani: Lho, Pak. Saya kan beli lima puluh ribu. Kok dikasihnya cuma segini?

Abang Gorengan: Hmm, gimana ya, Mbak? Harga minyak goreng lagi naik nih. Katanya sih, karena harga crude palm oil lagi naik juga. Makanya, kita diminta beli minyak kemasan daripada curah.

Rani: Oh, gitu? Kalau harga CPO turun, harga gorengan juga turun lagi ya nanti?

Abang Gorengan: Belum tentu, Mbak. Kan ada supply dan demand juga gorengan itu. Kayak Pertamani tuh. Meskipun harga minyak dunia sudah turun, harga BBM juga tetap tuh. Hehe.

Rani: Ya sudah, Bang. Kalau begitu, mari kita kumpulkan massa. Saya, sebagai Ketua DPR, akan membawa aspirasi “Kaum Gorengan” ke pemerintah.

Abang Gorengan: Lho, Mbak ternyata ketua DPR? Gimana caranya supaya aspirasi kami didengar?

Rani: Pilih saya dong. Hehe.

The End.

(A43)

Baca Juga: Andika-Puan, Duet Maut yang Dinanti?


► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Exit mobile version