Kebijakan-kebijakan pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) dalam menangani pandemi Covid-19 memang kerap menuai kritik. Namun, ada satu pihak yang kini ikut memberikan kritik, yakni PDIP. Apakah ini saatnya Jokowi tentukan kembali close friends list-nya?
Beberapa waktu lalu, media sosial (medsos) diramaikan oleh isu close friends yang merupakan sebuah fitur di platform Instagram. Gimana nggak? Barusan ada salah satu artis yang story khusus close friends-nya bocor ke khalayak umum.
Langsung tuh muncul perdebatan mengenai tata laku dan aturan yang harus dipatuhi bagi mereka yang sudah masuk ke dalam lingkaran close friends Instagram. Intinya satu sih, yakni do not share with other people alias jangan cepu.
Ya, gimana ya? Ada yang bilang kalau mereka-mereka yang masuk ke close friends adalah siapa saja yang nggak masalahin apa yang di-share di story Instagram. Kalau buat aku ya close friends fungsinya cuma satu. Sesuai namanya, close friends ya buat teman-teman dekat.
Tapi, masuk akal sih kalau misalnya ada yang berpikir kalau close friends fungsinya buat nyembunyiin kegiatan sehari-hari dalam kehidupan asli seseorang. Aku juga pernah ngalamin kok, gaes.
Coba nih bayangin, di suatu hari yang indah nan seru, kalian menghabiskan waktu dengan scrolling timeline Instagram. Tiba-tiba, tak diduga-duga, muncul notifikasi. “@orangtua has requested to follow you,” begitu tulisan notifikasinya.
Beuh, langsung panik sekaligus bingung pasti. Mau dibiarkan, juga sungkan sama orang tua. Mau di-accept kok ya nanti nggak bisa bebas. Dilema gini ini jadi tambah rumit pas anggota-anggota keluarga lain – seperti om, tante, pakde, dan bude – juga ikutan mau follow. Alhasil, muncul lah jurus solutif, simple, nan cemerlang – ialah fitur close friends.
Baca Juga: Akhirnya Puan Kritik Jokowi?
Fitur ini ampuh bila digunakan untuk menjaga “privasi” lho, apalagi kalau kalian adalah figur publik seperti Zara yang membintangi film Dua Garis Biru (2019). Bukan rahasia umum lagi kalau nama Zara beberapa waktu lalu kembali ramai jadi perbincangan di medsos gara-gara ada salah satu close friend-nya malah membocorkan story yang tidak ditujukan untuk publik.
Nah, ini bisa jadi pelajaran buat kita-kita nih supaya menyaring lagi siapa-siapa yang bisa masuk ke dalam lingkup close friends. Mungkin, pelajaran yang sama juga berlaku dalam politik, termasuk untuk Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Gimana nggak? Akhir-akhir ini, Pak Jokowi katanya dapat sejumlah kritik tuh. Ironinya, kritik itu datang dari mereka-mereka yang notabene disebut sebagai teman Pak Jokowi, yakni PDIP.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Puan Maharani, misalnya, dari kemarin mengkritik pemerintahan Jokowi karena dianggap tidak membuat kebijakan yang bisa meningkatkan kepercayaan rakyat kepada pemerintah. Selain Mbak Puan, yang terbaru nih, kritik juga datang dari politikus PDIP yang bernama Effendi Simbolon.
Pak Effendi ini menanggapi pendapat para ahli, seperti Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono soal situasi Indonesia yang bisa saja masuk ke jebakan pandemi (pandemic trap). Dikhawatirkan ini membuat negara makin sulit keluar dari bayang-bayang Covid-19. Kata Pak Effendi nih, ini semua adalah kesalahan pemerintahan Jokowi yang sedari awal nggak mau menerapkan kebijakan karantina wilayah (lockdown).
Hmm, ya, gimana ya, Pak? Kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat ini kan sebenarnya baru bisa berjalan kalau bantuan sosial (bansos) ke masyarakat juga lancar, Pak. Tapi, seingetku, tahun lalu ada tuh kasus korupsi bansos yang ternyata dilakukan oleh kader banteng. Jadi, gimana tuh harusnya? Uppss.
Gini aja deh. Daripada saling nyalahin kayak gini. Gimana kalau Mbak Puan, Pak Effendi, dan kawan-kawan PDIP ini sekalian aja “unfollow” pemerintahan Jokowi? Apa perlu nih Pak Jokowi aja yang ngeluarin PDIP dari lingkup close friends-nya? Lumayan tuh, ada berapa coba kader banteng di Kabinet Indonesia Maju. Hehe. (A43)
Baca Juga: Megawati Cegah PDIP Nyungsep?
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.