Rencana pemberian nama jalan di Jakarta dengan nama pendiri Republik Turki, Mustafa Kemal Atatürk, menjadi perdebatan. Rencana ini mencuat setelah pemerintah Turki menjadikan “Soekarno” sebagai salah satu nama jalan di wilayahnya.
Hubungan yang baik di antara dua negara merupakan hal yang lumrah di alternate universe Bumi-45 – mungkin selumrah hubungan friendzone yang sering ditemui di dunia kita. Tidak jarang, dalam sebuah hubungan, kedua pihak akan saling memberikan apresiasi, pujian, hingga hadiah.
Bagaimana pun juga, sebuah hubungan harus berdasarkan pada perasaan dua arah (mutual). Perasaan sepihak saja pasti susah terlaksana dengan baik – ujung-ujungnya pasti ada yang terluka. Tolong sadar ya bagi kalian yang belum sadar.
Upaya-upaya mutual seperti ini pun hadir dalam hubungan yang terjalin antara Negara Indonesia dan Republik Turki di Bumi-45. Setelah pemerintah Turki menjadikan nama Soekarno sebagai salah satu jalan di sana, Negara Indonesia juga ingin melakukan upaya mutual yang sama.
Rencananya, pemerintah Negara Indonesia akan memberikan nama jalan Mustafa Kemal Atatürk di salah satu jalan di Jayakarta. Namun, tanpa diduga sebelumnya, nama Atatürk ternyata menimbulkan polemik. Banyak orang pun berdebat di media sosial (medsos).
Kabar ini akhirnya terdengar ke telinga Atatürk yang tengah bersantai di kayangan. Mendengar hal ini, pendiri Republik Turki itu langsung mendatangi Soekarno yang juga tengah berada di kayangan.
Baca Juga: Ketika I.J. Kasimo “Tertawakan” Nasakom Soekarno
Atatürk: Hei, Soekarno. Apa kabar?
Soekarno: Baik. Apa kabar juga Bung Revolusi Turki?
Atatürk: Alhamdulillah, saya baik juga.
Soekarno: Ada apa Bung Kemal sampai datang ke saya?
Atatürk: Jadi, begini, saya akhir-akhir ini merasa tidak tenang. Pasalnya, saya mendengar nama saya dijadikan perdebatan di negara Bung, yakni Negara Indonesia.
Soekarno: Oh, begitu? Kalau soal itu, saya sudah prediksi sebenarnya, Bung Kemal.
Atatürk: Bagaimana bisa Bung Karno sudah memprediksi? Ini harusnya jadi perhatian Bung – mengingat Negara Indonesia lahir dari Revolusi ala Bung Karno seperti Republik Turki yang lahir dari Reformasi Turki ala Kemalis.
Soekarno: Hmm. Saya sebenarnya sudah menyampaikan ke mereka bahwa perjuangan mereka lebih berat karena harus berhadapan dengan saudara-saudara sebangsa mereka sendiri. Buktinya, sekarang mereka berdebat soal nama jalan yang sebenarnya itu tidak berkaitan langsung dengan mereka sendiri.
Atatürk: Wah, ada benarnya juga ya Bung Karno ini. Hmm, Bung Karno enak sih.
Soekarno: Enak bagaimana maksud Bung Kemal?
Atatürk: Nama Bung sudah bisa jadi nama jalan di Turki. Lah, nama saya masih harus melalui ujian dulu dengan diperdebatkan.
Soekarno: Welcome to Indonesia.
(A43)
Baca Juga: Buya Hamka: Tak Dendam Meski Dipenjara Soekarno
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.