April lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menambahkan jabatan Wakil Menteri Kominfo (Wamenkominfo) melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 22 Tahun 2023. Akibatnya, isu reshuffle kabinet pun kembali muncul. Mungkinkah ini jadi sentilan reshuffle selanjutnya pada Partai Nasdem, dan Anies?
“What if I told you I’m a mastermind? And now you’re mine. It was all by design, cause I’m a mastermind” – Taylor Swift, “Mastermind” (2022)
Dunia sepertinya sedang dilanda demam Taylor Swift. Album terbaru Taylor berjudul Midnights yang dirilis pada tahun 2022 merajai chart musik dunia.
Kutipan lirik di atas berasal dari salah satu lagu dari album Midnights yang berjudul Mastermind. Lagu ini bercerita tentang seorang perempuan yang berhasil merancang dan menjalankan rencana besar untuk mendapatkan lelaki impiannya.
Menurut Cambridge Dictionary, mastermind adalah seseorang yang merencanakan hal-hal sulit secara rinci dan mendetail untuk memastikan agar hal tersebut berjalan dengan sukses. Makanya, Taylor menyebut si perempuan ini dengan istilah mastermind.
Kalau menurut Mbak Taylor, urusan asmara aja butuh perencanaan yang matang. Apalagi urusan politik! Ya, gak tuh?
Menjadi seorang mastermind politik tentu bukan hal mudah. Akan tetapi, kemampuan ini sepertinya adalah skill wajib bagi seorang Presiden.
Nah, belakangan ini rumor reshuffle kabinet kembali mencuat pasca disahkannya jabatan baru Wamenkominfo. Ini bukanlah rumor reshuffle pertama yang muncul pada tahun 2023. Pada akhir Maret lalu, Jokowi menyatakan keinginannya untuk segera melakukan reshuffle Kabinet Indonesia Maju.
Bersamaan dengan statement publik itu, manuver politik Anies Baswedan, bakal calon presiden (capres) dari Koalisi Perubahan milik Nasdem-Demokrat-PKS, terlihat meredup. Sepanjang bulan April, Anies hampir tidak terdengar suaranya dalam hiruk-pikuk politik nasional.
Padahal, bulan-bulan sebelumnya, Pak Anies sangat aktif bersafari ke sana ke mari. Saking aktifnya, safarinya sempat disindir oleh Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), lho. Hehe.
Yah, tapianeh gak sih melihat orang yang sebelumnya nyaris tidak pernah diam tiba-tiba bergeming? Well, ada yang bilang kalau ini semua adalah dampak dari strategi mastermind ala Pak Jokowi.
Menurut tulisan Thomas Fleming, Why Change a Winning Team? Explaining Post-Election Cabinet Reshuffles in Four Westminster Democracies, ada alasan strategis di balik reshuffle kabinet pasca-pemilihan. Singkatnya, reshuffle digunakan pejabat terkait untuk mengontrol ancaman politik terhadap otoritas, jabatan, ataupun rezimnya selama masa jabatannya.
Melihat hal ini, bukan tidak mungkin seseorang dengan level Presiden hanya perlu melakukan reshuffle tanpa memperhitungkan ancaman-ancaman politik. Kali ini, salah satu ancaman tersebut bisa jadi adalah Anies.
Pasalnya, sejak zaman Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017, Anies memang sudah bergesekan dengan orang-orangnya Jokowi. Bahkan, Anies di-branding sebagai antitesis dari Jokowi. Makanya, koalisinya tuh disebut Koalisi Perubahan~.
Yah, sebenarnya pandangan yang berseberangan itu wajar. Hanya saja, Partai Nasdem (partai pengusung Anies) masuk ke dalam koalisi pemerintah sekarang, artinya, Nasdem diekspektasikan untuk bergandengan tangan dengan Jokowi cs, bukan malah menjadi oposisi.
Oleh karena itu, tidak heran bila rumor yang tersebar di beberapa media berkata bahwa ancaman reshuffle itu sebenarnya untuk menteri-menteri dari Nasdem. Buktinya, Surya Paloh, Ketua Umum (Ketum) Nasdem, gak diundang Jokowi dalam konsolidasi Ketum Parpol mengenai reshuffle pada awal April kemarin.
Tapi, kalau emang bener ini adalah salah satu strategi mastermind pengendalian politik dari Jokowi,yang benar-benar kena imbasnya mungkin adalah Pak Anies. Kabarnya, aktivitas politiknya memang sengaja dikurangi untuk menanggapi ancaman reshuffle bulan lalu.
Wajar juga kalau misal nanti ada rasa sedikit tidak puas dan tidak bebas di dalam pikirannya Pak Anies.
Hmm, berhubung isu reshuffle kembali mencuat, kira-kira Pak Anies bakal diminta untuk tiarap lagi gak ya? Hehe. (A89)