Site icon PinterPolitik.com

Rocky Gerung Bertarung di Pilpres 2024?

Rocky Gerung Bertarung di Pilpres 2024?

Rocky Gerung. (Foto: Rakyat Pos)

“Tentu kalau semuanya tidak bisa ya kita aja yang maju”- Rocky Gerung, Pengamat Politik


PinterPolitik.com

Rocky Gerung adalah sosok yang hampir pasti dikenal oleh sebagian besar masyarakat, terutama yang intens mengikuti pemberitaan politik di Indonesia. Nama ini dikenal begitu garang ketika mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintah.

Dalam pemberitaan terbaru, Rocky menanggapi soal calon presiden (capres) yang hanya berkutat pada tiga nama, yaitu Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Airlangga Hartarto yang digadang-gadang maju pada kontestasi Pilpres 2024. Hmm, kenapa Pak Prabowo nggak masuk dalam hitungan Rocky ya, aneh juga.

Anyway, Rocky dengan nada yang serius mengungkapkan, kalau para calon yang disebut di atas tidak berani mendeklarasikan diri secara terang-terangan, maka dirinya saja yang maju pada Pilpres 2024 mendatang.

Tak tanggung-tanggung, Rocky pun menyebut dirinya ataupun tokoh-tokoh potensial lain siap maju menjadi capres jika Presidential Threshold (PT) diturunkan menjadi 0 persen. Tapi jika tidak dapat dilakukan, maka ia kemungkinan mendeklarasikan sebuah gerakan yang disebut dengan Liga Boikot Pemilu alias LBP. Berasa kayak singkatan nama Menko Marves. Uppps.

Begitulah Rocky, seolah selalu mempunyai alternatif dalam membangun argumen. Hal ini dibuktikan sejak ia awal muncul dalam pentas politik di Indonesia. Rocky adalah sebuah fenomena politik yang muncul dengan karakteristik seorang kritikus.

Kepala Program Penelitian LP3ES (1985-1989) Fachry Ali, mengatakan bahwa Rocky selain tampil sebagai kritikus, ia juga hadir untuk memberikan sumbangan politik wacana yang sejauh ini tidak dapat diberikan oleh partai politik di Indonesia.

Rocky Gerung Mau Nyapres?

Wacana politik Rocky sebenarnya mudah untuk kita inventarisir. Sebut saja pikiran-pikiran dia tentang akal sehat, dialektika, dan juga kegagalan berpikir, menjadi wacana yang berkembang dan terkesan sangat dinikmati oleh publik.

Terkait akal sehat misalnya, Rocky selalu mengatakan bahwa kampus mempunyai peran sebagai “sumur pikiran” dan pusat peradaban akal sehat. Dalam konteks politik, para stakeholder yang punya kewajiban mengambil keputusan, harus melakukannya dengan akal sehat.

Selain itu, ia juga menawarkan gagasan tentang dialektika dan pentingnya kritik dalam politik Indonesia. Rocky menyebut tanpa kritik, kekuasaan akan jauh dari keseimbangan (power balance). Tanpa keseimbangan kekuasaan, akan terjadi dominasi yang cenderung jahat.

Dan yang terakhir, gagasan yang ia bawa berkaitan dengan kebenaran yang cenderung dapat dipalsukan oleh penguasa. Bagi Rocky, kebenaran dari penguasa adalah konsep yang harus diuji dengan kontradiksi, hanya semacam itu bisa dilakukan oleh oposisi.

Hmm, dengan adanya deklarasi untuk menjadi capres, ditambah juga dengan gagasan yang bisa dikatakan baru, Rocky seolah menjadi sosok pemimpin yang ideal. Hal ini mirip dengan konsep Philosopher King.

Jika mengacu pada konsep Plato tentang Philosopher King, mengandaikan hanya filsuf yang dapat dipercaya untuk memerintah dengan baik karena filsuf memiliki moral dan intelektual yang cocok untuk memerintah. 

Bukan tanpa kritik, cara pandang Plato ini dianggap terlalu ideal, sehingga sulit diejawantahkan dalam realitas kehidupan sehari-hari. Muncul pertanyaan, mungkinkah ada orang sebersih dan semulia itu? Kendatipun ada, mungkinkah ia akan terjun di politik?

Sebuah kisah tentang filsuf yang menjadi pejabat publik mungkin dapat menjadi jawabannya. Ini pernah terjadi pada Januari 2015 di Yunani, ketika gejolak krisis ekonomi menyerang negeri para dewa.

Seorang filsuf ekonomi bernama Yanis Varoufakis kemudian ditunjuk sebagai Menteri Keuangan (Menkeu) karena pemikiran cerdas dan kritisnya diharapkan dapat menyelamatkan negara tempat kelahiran filsuf-filsuf besar tersebut.

Namun, alih-alih menjadi penyelamat, Varoufakis ternyata hanya bertahan sampai Juli 2015. Ia dicopot karena gagal mencapai kesepakatan dengan Uni Eropa perihal kerja sama ekonomi yang dipercaya dapat menyelamatkan Yunani.

Well, kisah Varoufakis jadi bahan renungan, bahwa menjadi filsuf saja tidak cukup. Lalu, bagaimana dengan Rocky ya, yang punya keinginan memimpin Indonesia?

Jadi teringat pernyataan Profesor Salim Said yang mengatakan bahwa tiap negara yang ingin  maju dan berkembang pasti mempunyai sesuatu yang ditakuti. Tapi khusus untuk Indonesia, ada hal yang luar biasa. Seolah tidak ada yang ditakuti di negeri ini, sampai-sampai Tuhan saja tidak ditakuti. Apalagi filsuf ya. Hehehe. (I76)


Mahathir dan Kisah Kekalahan Kaum Globalis
Exit mobile version