“It belongs to me. It always has and it always will” – John Kreese, Cobra Kai (2018-sekarang)
Bagi para penggemar seri dan film laga dengan aksi seni bela diri, sebuah film yang berjudul The Karate Kid (1984) mungkin bukanlah hal yang asing. Bagaimana tidak? Saking legendarisnya film ini, sebuah remake pun dibuat dengan judul yang sama pada tahun 2010 – meski memiliki sedikit twist yang berbeda.
Meski begitu, film versi asli pada tahun 1984 tersebut kini memiliki seri baru dengan sejumlah karakter yang sama lho, yakni Cobra Kai (2018-sekarang). Dalam seri tersebut, terdapat Johnny Lawrence yang dulu merupakan runner–up dalam turnamen karate di film versi 1984.
Di tengah hidupnya yang sudah tidak bersangkut paut dengan karate, Johnny akhirnya mulai kehilangan tujuan hidup. Akhirnya, dirinya memutuskan untuk kembali mendirikan Cobra Kai – nama dojo-nya ketika masih muda – untuk mengajarkan seni bela diri asal Okinawa, Jepang, tersebut.
Namun, seiring berjalannya waktu, guru lama Johnny – John Kreese – kembali muncul dan akhirnya diizinkan untuk ikut mengajar lho di dojo tersebut. Meski Johnny sudah bersikap baik ya, Kreese ini ternyata malah melangkahi peran Johnny di dojo Cobra Kai itu.
Nilai-nilai kehormatan, misalnya, mulai digantikan oleh Kreese dengan menanamkan nilai-nilai kekerasan pada murid-murid dojo itu. Bahkan, pada akhirnya, Kreese mengambil alih kepemilikan Johnny atas dojo Cobra Kai ini.
Wah, jangan sampai lah ya apa yang terjadi antara Johnny dan Kreese ini terjadi di dunia nyata. Pasalnya nih, persoalan langkah-melangkahi ini bisa saja terjadi di dunia politik lho – termasuk di Indonesia.
Soal rencana Reuni 212 di Monumen Nasional (Monas) pada 2 Desember nanti, misalnya, masih menjadi masalah yang simpang siur di publik dan media. Hal ini menjadi polemik karena hingga kini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta masih belum memberikan izin terhadap kegiatan tersebut untuk dilaksanakan di Monas.
Banyak orang akhirnya menunggu-nunggu sikap dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tuh. Pasalnya, meski harusnya protokol kesehatan Covid-19 diterapkan, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) itu malah mengunjungi Habib Rizieq Shihab (HRS) yang baru pulang. Apalagi, berbagai kegiatan yang melibatkan kerumunan massa juga dilakukan oleh HRS baru-baru ini.
Fraksi Gerindra di DPRD DKI Jakarta, contohnya, meminta agar Pak Anies bisa bersikap dengan bijaksana terhadap rencana HRS dan kelompoknya, seperti Front Pembela Islam (FPI) dan Persaudaraan Alumni (PA) 212. Di sisi lain, pihak PA 212 pun terlihat kekeuh untuk tetap menggunakan Monas bila rencana reuni tetap dilaksanakan.
Nah, di tengah jadi atau nggak-nya polemik reuni di Monas ini, Pak Anies pun belum memberikan sikap resmi. Eh, tiba-tiba, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria sudah memberikan sikap dan mengatakan bahwa penggunaan Monas untuk kegiatan apapun tetap dilarang berkaitan dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Hmm, apakah ini bisa menjadi drama bak Johnny dan Kreese di Cobra Kai ya? Ya, meski Pak Anies belum memberikan izin, kan beliau dikenal dekat dengan kelompok FPI dan PA 212 akhir-akhir ini.
Wah, kenapa ya Pak Riza tiba-tiba memberikan larangan untuk penggunaan Monas? Apa jangan-jangan ada motif politik tersendiri ya – mengingat Gerindra juga seakan-akan meminta Pemprov DKI Jakarta mempertimbangkan kembali kemungkinan acara itu.
Selain itu, Pak Riza kan dulu digadang-gadang menjadi penghubung antara Pak Anies dan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bahkan, dalam beberapa kesempatan, Pak Riza juga terlihat memuji pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin lho.
Apakah mungkin nih ada kedekatan politik yang membuat Pak Riza bersikap demikian? Ya, terlepas dari itu, bukan nggak mungkin, beliau bertujuan baik – yakni agar penularan Covid-19 semakin diminimalisir.
Lagipula, bukan nggak mungkin juga kalau Pak Anies meminta Pak Riza untuk mengeluarkan sikap demikian. Soalnya nih, sejak menjadi Wagub DKI Jakarta, beliau juga berjanji untuk siap sedia mendampingi dan melakukan tugas apapun yang diberikan oleh Pak Anies lho. Hehe. (A43)