HomeCelotehRisma, ‘Ketum Baru’ PDIP?

Risma, ‘Ketum Baru’ PDIP?

Silang pendapat antara Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini (Risma) dan Bupati Alor Amon Djobo turut menuai respons dari DPP PDIP. PDIP akhirnya memutuskan untuk mencabut dukungan politik pada Amon. Apa Risma kini sudah kuat bak ketua umum (ketum)?


PinterPolitik.com

Siapa sih yang nggak kenal dengan Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini (Risma)? Mantan Wali Kota Surabaya ini sempat beberapa waktu menyita perhatian publik dan media lho.

Lhagimana nggak? Setelah dilantik menjadi Mensos, Bu Risma langsung viral dengan aksi blusukan-nya. Bu Mensos langsung lho keliling-keliling Jakarta. Mungkin, ini definisi dari tagline Enjoy Jakarta ya? Hehe.

Ya, terlepas dari viral-nya blusukan ala Bu Risma, beliau ini tampaknya punya pengaruh politik yang cukup kuat lho, khususnya di internal PDIP. Gimana nggak? Bu Risma ini sepertinya mulus terus lho jalan politiknya – bahkan bisa dibilang selalu “menang” dalam berbagai laga di dalam PDIP.

Kala Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot) Surabaya akan digelar pada Desember 2020 lalu, misalnya, muncul juga tuh drama di PDIP Surabaya. Saat itu, muncul silang pendapat antara kubu internal yang mendukung Eri Cahyadi – seorang birokrat – untuk menjadi calon wali kota (cawali) dan kubu internal yang mendukung Whisnu Sakti Buana – seorang kader PDIP yang memiliki garis darah di PDIP (putra Sutjipto).

Namun, drama itu berakhir dengan “dimenangkan” oleh kubu Eri yang disebut-sebut didukung oleh Bu Risma. Sampai-sampai, ada sejumlah kader PDIP Surabaya yang dipecat oleh DPP PDIP.

Selain “drama” Pilkada Surabaya 2020, kini muncul lagi “drama” baru, yakni silang pendapat antara Bu Risma dan Bupati Alor Amon Djobo. Katanya sih, perseteruan ini terjadi akibat persoalan bantuan bencana dari Kementerian Sosial (Kemensos) yang disalurkan untuk Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Baca juga :  Megawati and The Queen’s Gambit

Baca Juga: Petualangan Risma Buru ‘Harta Karun’

Risma Data Ganda Kemensos

Dan, seperti biasanya, Bu Risma tampaknya tetap lebih kuat. Gimana nggakWong, akhirnya, Pak Amon ini berakhir kehilangan rekomendasi dan dukungan politik dari PDIP. Ini diputuskan melalui surat resmi DPP PDIP.

Hmm, kira-kira, kenapa ya Bu Risma bisa sekuat itu di PDIP? Kalau, dengar-dengar dari kata banyak orang, Bu Risma ini semacam “anak kesayangan” bagi Ketua Umum (Ketum) PDIP Megawati Soekarnoputri. Wah wah.

Kalau bisa sampai pecat dan mencabut dukungan seperti ini, apa ya mungkin Bu Risma ini udah se-level ketum ya di PDIP? Kan, kita tahu sendiri, di PDIP biasanya semua-semua ditentukan oleh Ketum. Hehe.

Hmm, mungkin nggak nih kalau ternyata yang bakal jadi penerus Bu Mega ini adalah Bu Risma. Apalagi, sempat ramai juga tuh isu wacana Bu Mega mau lengser. Hayoo, Mbak Puan Maharani dan Mas Prananda, gimana tuh? Panik nggak? Panik nggak? Panik lah. Masa nggakHehe.

Lagipula nih, kalau Bu Risma benar bakal jadi ketum baru PDIP, kan, bisa tegas juga tuhUdah bukan rahasia umum lagi lah ya kalau Bu Mensos ini selalu ditakuti oleh bawahan-bawahannya.

Barang kali, Bu Risma nanti bisa marah-marah ke kader-kader yang terjerat kasus korupsi. Kan, Bu Mensos paling marah kalau ada yang berdosa dan tega ke masyarakat. Hihi. (A43)

Baca Juga: Di Balik Kata Maaf Risma


► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?