HomeCelotehRidwan Kamil "Meresahkan" Warga?

Ridwan Kamil “Meresahkan” Warga?

Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil (RK) alias Kang Emil membuat sebuah video parodi dari video musik “Yang Terdalam” dari NOAH. Bukan tidak mungkin, dalam membuat video tersebut, Kang Emil malah “meresahkan” sejumlah warga.


PinterPolitik.com

Karya merupakan hal yang sangat dihargai di negeri Nusantara dalam alternate universe Bumi-45. Bahkan, sebagai bentuk apresiasi, tidak jarang orang-orang membuat versi-versi alternatifnya – seperti meme dan parodi.

Salah satu orang terkenal yang bisa memproduksi meme dan parodi ini adalah Riduan Kemil atau yang biasa dipanggil sebagai Kang Emil. Bisa dibilang, Kang Emil ini menjadi salah satu influencer yang paling rajin dalam membuat konten.

Maka dari itu, setiap tren yang tengah ramai dan viral pada saat itu juga akan diikuti oleh Riduan. Saat Khaby tengah viral-viralnya, misalnya, Riduan langsung berusaha meniru gaya Khaby di sejumlah akhir kontennya. 

Yang terbaru, Riduan membuat sebuah konten berupa video parodi atas sebuah video musik milik sebuah band yang bernama NUH. Judul lagunya adalah “Pangjerona”. 

Di video aslinya, model dalam video musik tersebut menyusuri sebuah jalan yang di sekitarnya terdapat banyak pedagang dan warga setempat. Namun, di video parodi milik Riduan, sang influencer malah berjalan di sebuah jalan yang bernama Jl. Menuju Capres.

Riduan: Kulepas semua yang kuinginkan~ (sembari berjalan menyusuri Jl. Menuju Capres)

- Advertisement -

Tiba-tiba, Riduan menarik kursi seseorang yang hendak duduk. Alhasil, orang itu pun terjatuh ke belakang.

Anis: Aduh! Oi! Sakit, Kang. 

Riduan: Eh, sorrySorry. Hati-hati, Mas Anis. Jangan sampai jatuh gara-gara Formula E. E-nya, kalau dalam bahasa Jawa, itu entek alias habis.

Anis: Hmmm…


Baca Juga: Ketika Ridwan Kamil Beli Gorengan

Baca juga :  Bahlil "Keterlaluan", Airlangga Dirindukan?

Riduan pun memutuskan untuk kembali berjalan menyusuri jalan tersebut. Namun, ia malah bertemu dengan seorang perempuan yang tengah membawa karung beras. Beras itu – sebagai gimmick – diambil oleh Riduan.

Puwan: Jadikan aku yang pertama dan terakhir ya. Pokoknya, yang paling-paling lah yo. Ini berasnya. Mari kita kepakkan sayap kita bersama-sama.

Riduan: Waduh, saya nggak punya sayap nih, Mbak. 

- Advertisement -

Puwan: Oh, nggak apa-apa. Tangismu itu tangisku. Ceriamu juga ceriaku.

Riduan: Lelahmu jadi lelahku juga. Bahagiamu bahagiaku pasti.~

Puwan: Heh, itu beneran maksud saya. Kok malah nyanyi?!


Riduan pun kembali lanjut berjalan meninggalkan Puwan yang masih terheran-heran dengan si influencer tersebut. Setelah menjauhi Puwan, Riduan berpapasan dengan seorang pria yang sedang bicara dengan seorang anak sambil memamerkan tatonya. Riduan pun langsung mengajak anak tersebut berjalan dengan menggandengnya.

Riduan: Yuk, dek! Kuy! Sok!

Kak Ganjar: Heh, saya lagi ngobrol sama bocah ikuOra wedi ini saya pakai tato? Meski punya tato, anak-anak suka mbanyol bareng saya. Saya sampai dipanggil Kak Ganjar masio tah rambutku putih.

Riduan: Oke, oke. Selow aja, Mas.


Riduan berjalan lagi untuk menuju ujung Jl. Menuju Capres. Di sana, ia menemui banyak orang – ada Chuck Imin, Suria Paloh, Ahaye, dan sebagainya. Meski sudah bertemu banyak wajah, Riduan pun belum sampai juga di ujung. Mungkinkah Riduan mencapai ujung jalan tersebut? (A43)

Baca Juga: “Nyontek” Cerdas ala Ridwan Kamil?


► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_img

#Trending Article

More Stories

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?