HomeCelotehRidwan Kamil Mau Gratiskan Skincare?

Ridwan Kamil Mau Gratiskan Skincare?

Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil (RK) alias Kang Emil – dengan nada bercanda – mengusulkan agar produk-produk skincare (perawatan kulit) juga ditanggung oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Katanya sih, tujuannya adalah agar Indonesia bisa lebih “glowup” menyongsong masa depan.


PinterPolitik.com

“Watch out for me, I’m about to glow” – Drake, “Glow” (2017)

Siapa sih yang nggak pengen punya kulit yang glowing? Nggak perempuan nggak laki-laki pasti pengen-lah ya punya kulit yang glowing supaya si doi bisa tertarik dengan kita. Hehe.

Inilah kenapa pasar produk-produk perawatan kulit (skincare) dan kosmetik menjadi pasar yang menjanjikan. Coba lihat saja di platforms media sosial (medsos) seperti Instagram, TikTok, dan YouTube. 

Pasti ada aja tuh yang bikin konten tutorial cara menggunakan skincare. Nggak jarang ada juga tuh influencer yang bikin konten-konten guna membagikan bagaimana skincare routine (rutinitas penggunaan skincare) mereka.

Nah, mungkin ini alasan Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil (RK) alias Kang Emil akhirnya mengusulkan agar Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan juga menanggung biaya pemenuhan kebutuhan skincare tuh. “Pasti ibu-ibu nyoblos,” canda Kang Emil.

Kang Emil juga menyebutkan sebuah tagar yang perlu diusung terkait upaya membuat masyarakat Indonesia yang lebih “glowing” ini, yakni #IndonesiaGlowing. Dalam hal ini, yang dimaksud “glowing” adalah Indonesia yang bercahaya dan bersinar.

Boleh jadi, Kang Emil ingin masyarakat Indonesia bisa “glow-up” dan berubah ke arah yang lebih baik. Harapannya, masyarakat Indonesia tidak lagi suka bertengkar ketika terjadi perbedaan pendapat terkait politik – mulai dari pemilihan kepala daerah (Pilkada) hingga pemilihan presiden (Pilpres).

Baca juga :  Korsel Chaos, Xi-Kim Happy?
Ridwan Kamil Makin Melesat

Nah, “glow-up” sebuah masyarakat dan negara seperti yang dimaksud Kang Emil ini sebenarnya bisa terjadi bila ada perubahan kebudayaan (culture change) – mengingat kebudayaan mencakup seluruh tata hidup masyarakat. Biasanya, tujuannya adalah untuk memodernisasi masyarakat dan negara.

Ada beberapa negara yang melakukan modernisasi ini dengan cara yang berbeda-beda. Republik Rakyat Tiongkok (RRT), misalnya, melakukannya dengan Revolusi Kebudayaan pada tahun 1966-1976 di bawah Mao Zedong – yakni dengan secara ekstrem menghapus nilai-nilai yang dianggap tidak sesuai.

Kemudian, selain Tiongkok, ada juga Jepang yang pernah menjalankan Restorasi Meiji pada tahun 1868. Karena merasa tertinggal dari kekuatan-kekuatan Barat, Jepang akhirnya berubah dengan mengadopsi metode-metode Barat – tetapi juga membangun identitas nasional Jepang sendiri sebagai sebuah negara modern, misalnya dengan memusatkan kekuatan kepada sang Kaisar dan menghilangkan pengaruh para daimyō.

Selain Tiongkok dan Jepang, ada juga Turki yang melakukan Reformasi di bawah Mustafa Kemal Atatürk pada tahun 1923. Hampir sama seperti Jepang, Turki akhirnya mengadopsi sistem dan nilai Barat sepenuhnya agar bisa menjadi sebuah negara modern yang sesuai dengan model Barat.

Nah, belajar dari tiga macam perubahan kebudayaan yang pernah terjadi di Tiongkok, Jepang, dan Turki, boleh jadi Kang Emil juga ingin membuat Indonesia lebih modern dengan membuang hal-hal yang menghambat kemajuan Indonesia.

Mungkin, agar Indonesia bisa maju, produk-produk “skincare” yang tepat lah yang dibutuhkan. Siapa sih yang nggak pengen Indonesia bisa “glowup” yang signifikan dibandingkan masa lalu? Bukan begitu? (A43)


spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Ketika Chill Guy Hadapi PPN 12%?

Mengapa meme ‘Chill Guy’ memiliki kaitan dengan situasi ekonomi dan sosial, misal dengan kenaikan PPN sebesar 12 persen pada Januari 2025?

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?