Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil (RK) alias Kang Emil akhir-akhir ini terlihat kerap menggunakan Non-fungible Token (NFT) untuk menjual lukisan – mulai dari lukisan yang biasa dijual di Jl. Braga, Bandung, hingga lukisan karyanya sendiri. Apakah RK makin “kecanduan” NFT?
Di suatu pagi yang cerah di negeri Nusantara dalam alternate universe Bumi-45, Riduan Kemil (RK) tengah berjalan di sebuah taman yang indah. Sembari berjalan, RK membawa sejumlah perkakas. Ternyata, barang-barang yang dibawanya itu adalah sebuah kanvas putih, kuas, dan sejumlah cat lukis yang warnanya macam-macam.
Tidak lama setelah itu, RK tampak memberhentikan langkahnya. Sejenak, RK pun terdiam sembari menatap hamparan rumput di taman itu. Dengan buaian angin sepoi-sepoi, ia meletakkan perkakas-perkakasnya itu dan duduk di atas bangku kecil yang telah disiapkan dari rumah.
Di permukaan kanvas putih yang telah dibentangnya itu, RK pun mulai membubuhkan sejumlah warna yang estetik. Terinspirasi dari sejumlah warna partai, ia mulai meletakkan warna-warna seperti biru, kuning, merah, hingga hijau.
Apakah ini menjadi lambang dari harapan RK agar bisa “didukung” oleh semua kelompok itu? Mungkin, hanya RK yang tahu.
Namun, ketika membuat lukisan di taman itu, tiba-tiba seseorang perempuan menghampirinya. Sosok perempuan itu pun mengajak RK berbicara.
Sri Moelyani: Permisi, Kang Riduan. Sehat, Kang?
RK: Eh, Bu Sri. Ndang balio, Sri.~
Sri Moelyani: Yeee, malah nyanyi. Ditanyain sehat apa nggak tadi.
Baca Juga: Ketika Ridwan Kamil Beli Gorengan
RK: Alhamdulillah, sehat, Bu. Kalau saya sakit, mungkin saya di rumah sakit sekarang.
Sri Moelyani: Kalau sehat, di rumah sehat ya berarti?
RK: Iya, betul sekali. Betewe, ibu mau saya lukis?
Sri Moelyani: Apa? Kue pukis? Kebetulan saya juga lapar ini.
RK: Lukis, Bu. Lukisan. Ibu ini bercanda mulu dah.
Sri Moelyani: Oooh, lukisan. Saya kira lukisan. Ngomong-ngomong, kok Kang Riduan sekarang jadi makin rajin melukis?
RK: Iya nih, Bu. Saya kemarin baru tau soal platform LautLepas. Di sana, kita bisa jualan lukisan dengan harga yang lumayan. Namanya NFT gitu. Lukisan saya saja bisa laku sampai Rp40 jutaan lho.
Sri Moelyani: Lho lho lho, itu tolong dilaporkan untuk pajak juga lho. Wajib lho, Kang. Lagipula, buat apa uangnya tuh, Kang?
RK: Hehehe. Kayak nggak tau aja, Bu. Kan, saya udah mantap maju di 2024 meski belum dapat “warna” yang pas. Buat nambah-nambahin itu. Hehe.
The End.
(A43)
Baca Juga: Ridwan Kamil “Meresahkan” Warga?
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.