“Ini adalah penerimaan perpajakan yang rendah karena memang mengalami kontraksi dan ini pun masih ada risiko untuk tidak tercapai, karena ternyata kondisi dari korporasi maupun masyarakat betul-betul tertekan.” – Sri Mulyani, Menteri Keuangan
Ketika banyak pihak bicara soal Rizieq Shihab dan berbagai kehebohan yang ditimbulkannya dalam beberapa waktu terakhir, rasa-rasanya media sosial menjadi tempat yang penuh sesak. Semua berlomba memberikan opini dan saling serang satu sama lain.
Sorotan kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang dianggap pilih kasih dalam menegakkan protokol kesehatan terhadap Rizieq misalnya, menjadi bagian yang integral dari sebuah manajemen isu yang lebih besar. Well, bisa dibilang cukup sukses lah mengalihkan pandangan masyarakat dari kondisi hidup yang saat ini sudah semakin sulit.
Nggak heran, banyak pihak yang menilai ribut-ribut ini lebih dari cukup untuk menutupi kondisi riil ekonomi yang makin sulit, ditambah penanganan Covid-19 yang makin lama makin sulit dilakukan.
Soal ekonomi misalnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani sepertinya harus memutar otak secara cepat agar ekonomi negara ini bisa tetap berjalan. Doi sudah menyebutkan bahwa penerimaan pajak tahun ini hanya akan mencapai angka Rp 1.404,5 triliun. Kalau ditotal dengan pendapatan bukan pajak, maka pendapatan negara hanya akan menyentuh angka Rp 1.699,9 triliun.
Sementara, belanja negara akan menyentuh angka Rp 2.739,1 triliun. Dengan demikian, defisit APBN akan melebar ke level 6,34 persen terhadap produk domestik bruto atau PDB.
Hmm, konteks kesulitan keuangan ini membuat Bu Sri Mulyani kemudian melakukan semacam “roadshow utang” alias jadi tukang utang keliling. Eits, ini bahasa kritikannya Politikus Gerindra, Fadli Zon loh ya. Jadi kalau nggak setuju, boleh protes ke Bang Fadli aja. Uppps.
Indonesia memang sebelumnya dikabarkan menggunakan pinjaman siap sedia senilai Rp 15 triliun dari Australia. Iyess, utang lagi.
Kemudian, kabar terbaru, Indonesia juga melakukan pinjaman lagi senilai Rp 9,1 triliun dari Jerman. Wih, pantesan Bang Fadli sampai pakai istilah roadshow utang tersebut. Hehehe.
Emang sih, dengan kondisi seperti saat ini, sulit untuk membayangkan Indonesia bisa survive tanpa melakukan pengelolaan keuangan yang baik. Meminjam dari negara-negara yang punya dana cukup adalah salah satu cara agar ekonomi dan berbagai pembiayaan yang dilakukan oleh negara bisa berjalan.
Tapi ya begitu, tetap saja utang. Selain itu, jangan sampai pula penggunaan utang-utang ini tidak diawasi. Soalnya, potensi penyelewengan sangat mungkin terjadi jika publik lebih banyak sibuk bicara tentang Rizieq Shihab atau Anies Baswedan.
Yang jelas, masyarakat harus tetap kritis. Kita tidak boleh termakan satu isu tertentu dan menelannya mentah-mentah tanpa melihat gambaran yang lebih besar di atasnya. Menarik untuk ditunggu kemana arah angin ini akan bertiup. (S13)
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.Jokowi, Anies Baswedan, Sri Mulyani, utang indonesia’, Rizieq Shihab, FPI