“I don’t mind how much my ministers talk, so long as they do what i say” – Margaret Thatcher, Perdana Menteri Britania Raya (1925-2013)
PinterPolitik.com
Gengs, ada yang sepakat nggak kalau mimin bilang bahwa pemain dapat dinilai buruk apabila tidak terlalu memberi banyak kontribusi bagi tim. Kalau dalam sepak bola, memang begitu diktatnya.
Ada nih salah satu penghargaan yang diberikan kepada pemain dengan jejak ‘semusim terburuk’ di Serie A bernama Bidone d’Oro atau Golden Bin Award. Sebelum ajang itu ditiadakan di tahun 2013, Alexandre Pato yang bermain untuk AC. Milan lah yang berhasil ketiban sial. Menurut mimin, Pato kala itu pantas mendapat julukan pemain terburuk di tahun 2012 karena memang dia tidak banyak memberi kontribusi bagi tim dalam bentuk apa pun.
Tapi, sebenarnya nih, cuy, kalau ditelisik lebih dalam, penentuan terburuk soal kontribusi ini harus relate sama ekspektasi terhadap pemain tersebut. Sebab, jujur saja sebenarnya banyak juga kan pemain yang kontribusinya nihil.
Hanya karena mereka tidak dapat ekspektasi tinggilah akhirnya selamat dari nominasi Bidone d’Oro. Dan, malang sekali nasib Pato karena memang dia ada di klub besar dengan fans fanatik serta harapan publik begitu tinggi terhadapnya. Tentu saja, saat Pato tidak bisa memberi kontribusi pun dianggap mematahkan hati para fans, ia sedang berjalan di lorong tertulis, “silakan tinggalkan klub ini.”
Analogi sepak bola ini sama juga dengan kondisi politik kita, cuy, terkait isu reshuffle beberapa menteri. Terbaru, Indonesia Political Opinion (IPO) merilis hasil survei tentang menteri-menteri mana yang paling layak diganti oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Nah, hasilnya, 64,1 persen responden menilai Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Yasonna Laoly paling layak dicopot, cuy. Praksis dengan persentase segitu, Om Yasonna memuncaki klasemen nih.
Kemudian, di peringkat kedua adalah nama yang di musim pandemi ini sangat gencar diserang. Siapa lagi kalau bukan Menteri Kesehatan (Menkes)Terawan Agus Putranto yang berhasil mengantongi 52,4 suara bising responden. Sudah dua itu saja mimin kasih daftarnya ke kalian, selebihnya bisa dicari sendiri ya. Hehehe.
Bukannya mimin mengistimewakan dua menteri tersebut tetapi jujur deh mimin berdebar menunggu keputusan Pak Jokowi soal keduanya. Pasalnya, kalau dipikir lebih mendalam, kira-kira akankah Menkes benar-benar dicopot oleh Pak Jokowi – terlebih ini sedang berada di tengah jalan melawan pandemi loh?
Apa Pak Jokowi mau mengambil risiko seperti yang dilakukan oleh Brasil di mana masa pandemi harus berdiri tanpa seorang Menkes. Sementara, kalau Pak Yasonna diganti, apakah Jokowi tidak pusing tujuh keliling mengingat banyak sekali problem yang butuh penanganan Menkumham.
Nanti siapa coba yang akan menghadapi para pedemo yang akhir-akhir ini eskalasinya makin naik? Secara, kita paham kan kalau rata-rata menteri banyak main citra di depan publik.
Yang menarik nih, pertanyaannya kemudian adalah kalau memang hasil riset IPO ini benar, dan oleh karenanya, mewakili banyaknya orang yang nge-vote ‘tidak suka’ pada kedua menteri tersebut, sedang di satu sisi kondisi sosial sedang tidak menguntungkan bagi keduanya dicopot, kira-kira mana yang akan Pak Jokowi pilih ya? Apakah mempertahankan keduanya sampai situasi sosial mereda atau tetap mengganti sebab para voters menginginkan keduanya di-reshuffle?
Ya, kalau ini ajang Got Talent sih, pastinya pilihan yang kedua bakal dipilih. Tapi, berhubung ini soal politik, kita apa kata Pak Jokowi sebagai yang punya kabinet saja deh.
Yang penting kebijakan menterinya nanti pro dan untuk kemaslahatan rakyat aja. Jangan kerap membuat kegaduhan dengan kebijakan dan pernyataan kontroversial lagi. Hehehe. (F46)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.