HomeCelotehResep Jadi Presiden untuk Puan

Resep Jadi Presiden untuk Puan

Ketua DPR RI Puan Maharani membagikan resep hidangan rendang ayam yang biasa dimasak oleh ibunya, Ketua Umum (Ketum) PDIP Megawati Soekarnoputri. Puan pun mengklaim bahwa resep hidangan tersebut merupakan warisan dari mendiang kakeknya, Presiden Soekarno.


PinterPolitik.com

Momen-momen Hari Raya Idulfitri memang menjadi saat-saat yang dinanti oleh banyak orang. Selain bisa berkumpul dengan keluarga di kampung halaman, ada hidangan-hidangan khusus yang ikut serta mengisi keindahan Hari Raya Idulfitri – seperti opor ayam, ketupat, dan lain sebagainya.

Keindahan inilah yang mungkin dirasakan oleh Ketua DPR RI Puan Maharani yang baru saja juga merayakan Hari Raya Idulfitri 1443H di Jakarta bersama keluarganya. Bagaimana tidak? Puan tampak senang karena akhirnya bisa menyantap hidangan masakan ibunya – Ketua Umum (Ketum) PDIP Megawati Soekarnoputri, yakni rendang ayam.

Katanya sih, rendang ayam yang biasa dihidangkan setahun sekali ini merupakan resep yang sudah diwariskan secara turun-temurun. Dalam sebuah wawancara di salah satu saluran televisi nasional, Puan menyebutkan kalau resep rendang ini merupakan warisan dari mendiang kakeknya, Presiden Soekarno.

Memang, warisan keluarga merupakan harta yang sangat berharga artinya. Bahkan, ini sepertinya juga berlaku dalam dunia politik – misal trah pucuk kepemimpinan di partai-partai politik.

Meski sering kali digunakan untuk menggambarkan tata cara mengolah hidangan makanan, kata “resep” pun sebenarnya juga bisa digunakan dalam tata cara bermain politik. Kalau tidak percaya, mungkin bisa juga cek video PinterPolitik TV yang membahas soal resep untuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) bila ingin menjabat tiga periode.

Puan Dia Saja Asal Ganteng

Nah, boleh jadi, selain resep rendang ayam, Puan sepertinya juga membutuhkan resep turun-temurun lainnya dari Soekarno. Lagipula, Bung Karno kan dikenal juga dengan kepemimpinannya sebagai presiden Indonesia yang pertama.

Baca juga :  Segitiga Besi Megawati

Kalau diperhatikan nih, Bung Karno kan berhasil dikenang jasanya sebagai proklamator dan presiden. Ibu Mega pun juga akhirnya berhasil menjabat sebagai presiden. Lantas, bagaimana dengan Puan? Apakah bisa melanjutkan “resep” turun-temurun yang satu ini?

Bila mengacu pada tulisan John Koe & Yusuf Kuliang yang berjudul Sukarno: An Examination of a Charismatic Leader in a Non-Western Society, “resep” utama dari Bung Karno adalah kepemimpinan karismatik yang dimilikinya. Berdasarkan konsep yang pertama kali dicetuskan oleh Max Weber tersebut, pemimpin karismatik adalah pemimpin yang memiliki karakteristik luar biasa yang – dengan misi dan visinya – bisa menginspirasi orang banyak.

Boleh jadi, ada tiga “resep” utama yang dimiliki oleh seorang Bung Karno. Pertama, beliau mewakili aspirasi rakyat Indonesia sehinga bisa disebut sebagai penyambung lidah rakyat. Kedua, Bung Karno juga sangat dikenal dengan kemampuan orasinya yang bisa menyatukan hati dan pikiran khalayak umum. Terakhir, sang proklamator kemerdekaan tersebut juga aktif dalam panggung politik internasional – seperti melalui CONEFO (Conference of the New Emerging Forces) dan GANEFO (Games of the New Emerging Forces).

Alangkah baiknya bila “resep” turun-temurun dari Bung Karno juga bisa dipelajari oleh Puan – tentunya bila memang ingin menjadi seorang presiden. Lagipula, Puan sendiri juga merupakan seorang penyambung lidah rakyat alias ketua dari lembaga perwakilan rakyat. Iya, bukan? (A43)


spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?