Site icon PinterPolitik.com

Puan Tidak Cocok Jadi Capres?

puan tidak cocok jadi capres

Ketua DPR RI Puan Maharani. (Foto: Istimewa)

Sosok Ketua DPR RI Puan Maharani semakin ramai menjadi perbincangan menjelang kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 – mulai dari masyarakat hingga kalangan elite politik. Salah satu politikus yang turut memberikan komentar terhadap Puan, yaitu Effendi Simbolon yang juga merupakan kader PDIP. 


PinterPolitik.com

Politikus PDIP Effendi Simbolon mengemukakan jika Puan Maharani memiliki peluang untuk menjadi calon presiden (capres) pilihan PDIP untuk bersaing di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Beberapa alasan yang bisa memperkuat yaitu karena Puan merupakan anak dari Ibu Megawati Soekarnoputri dan Taufik Kiemas – serta yang tidak kalah penting adalah cucu dari Proklamator RI Soekarno. 

Hmm, sepertinya narasi seperti ini terus menerus mengemuka sehingga identik dengan Puan. Nama besar Soekarno dan Megawati seolah tidak pernah lepas dari figur ketua DPR RI ini. 

Meski terbilang memiliki karier politik yang cukup gemilang tetapi masih ada anggapan jika pencapaian Puan tidak lepas dari pengaruh trah Soekarno. Hmm, ya nggak heran juga sih, karena Puan mampu menduduki jabatan strategis di PDIP sejak usianya belia. 

Bayangkan saja. Puan sudah mendapatkan kepercayaan untuk menjadi anggota DPR RI 2009-2014 dari fraksi PDIP pada usia 36 tahun. Bahkan, saat ini kariernya semakin moncer karena mampu menduduki jabatan sebagai ketua DPP PDIP di usia 48 tahun. 

Wow, luar biasa. Eits, namun, kondisi ini terjadi ketika Ibu Mega yang notabene adalah ibu kandung Puan merupakan Ketua Umum dari PDIP. 

Hmm, kalau diingat-ingat, ada tulisan dari U. Hoffmann-Lange berjudul Methods of Identification yang menjelaskan tentang pemahaman Robert Putnam mengenai elite. Dalam tulisan ini dijelaskan kalau adalah satu individu yang memiliki peran besar untuk menentukan kebijakan dalam suatu organisasi. 

Well, mirip seperti PDIP dengan sosok Ibu Mega ya – di mana semua kader satu suara jika keputusan partai ditentukan oleh Presiden Indonesia ke-5 ini?

Nah, fenomena dalam tubuh PDIP ini memperlihatkan jika sosok individu seperti Ibu Mega punya kuasa penuh atas keputusan partai. Maka, sepertinya sulit tergantikan apalagi dengan seseorang yang bukan merupakan keturunan Soekarno atau Ibu Mega. 

Jadi, Puan yang notabene merupakan anak kandung, tentu nggak salah dong bisa memiliki karier yang moncer – khususnya di internal PDIP. 

Well, sepertinya mengacu pada hal ini, Puan lebih mudah berkarier di PDIP saja dibandingkan merajut mimpi menjadi presiden di 2024. Hmm, apa seharusnya Puan bersyukur ya bisa memiliki pencapaian tinggi di partai – mengingat nggak semua kader di partai politik lain memiliki peluang besar untuk menjadi ketua umum. 

Ya, contohnya seperti salah satu kader Partai Nasdem yang juga dijuluki Crazy Rich Tanjung Priok, yaitu Ahmad Sahroni. Sahroni ternyata pernah mengemukakan jika dirinya ingin menjadi presiden. Wah, ternyata nggak tanggung-tanggung ya mimpinya – langsung menjadi orang nomor satu di Indonesia! 

Eh, tetapi kan Sahroni bukan sosok yang begitu berpengaruh di Nasdem karena ada Ketua Umumnya (Ketum) yaitu Surya Paloh. Nah, pengaruh Paloh ini pun terlalu besar sehingga rasanya sulit bagi kader yang bukan keturunannya untuk menjadi pemimpin partai. 

Hmm, apa mungkin fenomena inilah yang membuat Sahroni tampaknya lebih berpikir realistis untuk bermimpi menjadi presiden dibandingkan menjadi ketua Nasdem? Kalau begitu kebalikannya dengan Puan yang diproyeksi lebih mudah menjadi Ketum PDIP karena keturunan Ibu Mega. Nah, kalau sudah begini, bagaimana pilihan Puan? Apakah berpikir realistis atau tetap maju di 2024? (G69) 


Exit mobile version