HomeCelotehPuan Perlu "Bertapa" untuk 2024?

Puan Perlu “Bertapa” untuk 2024?

Ketua DPR RI Puan Maharani tampaknya belum bisa move on dengan pemandangan Dukuh Girmasang, Desa Tegalmulyo, Kabupaten Kemalang, Jawa Tengah (Jateng). Di sana, Puan menikmati panorama Gunung Merapi dan gua bersejarah tempat di mana pasukan Jepang dahulu bersembunyi kala Perang Dunia II, yakni Gua Jepang.


PinterPolitik.com

Mendaki gunung, lewati lembah. Mungkin, potongan lirik itulah yang kerap terngiang di kepala banyak orang. Ingatan pun langsung tertuju pada sosok shinobi yang dikenal dengan nama Ninja Hattori.

Namun, siapa sangka bahwa kegiatan mendakti gunung dan melewati lembah ini menjadi hal yang serius di negeri Nusantara dalam alternate universe Bumi-45? Bagaimana tidak? Kini, banyak orang mulai melakukan kegiatan serupa – entah itu bersama secangkir kopi kala senja atau tidak.

Inilah mengapa para pejabat seperti Puwan Maharini turut melakukannya. Tidak hanya sebatas mengikuti tren, Ketua Dewan Wakil Rakyat (DWR) itu sampai berguru pada Ninja Hattori langsung untuk mendaki berbagai bukit dan gunung di negeri Nusantara.

Pada suatu hari, kala mendaki Gunung Merapi, Puwan kembali mengikuti gurunya, Ninja Hattori, untuk bertapa di sebuah gua yang terletak di wilayah gunung tersebut. Sambil menyiapkan cangkir-cangkir kopi, Puwan dan Hattori mulai berkemah di gua tersebut untuk segera menikmati senja.


Hattori: Jadi, bagaimana lini masa hidupmu berjalan hingga kini, Puwan?

Puwan: Layaknya angin, terkadang liniku tak berjalan menentu. Terkadang, ke timur. Terkadang juga, ke barat.

Hattori: Hmm, timur ke barat, selatan ke utara, tak juga aku berjumpa.

Puwan: Dari musim durian hingga musim rambutan, tak kunjung aku dapatkan.


Baca Juga: Puan “Berulah” (Lagi) di Paripurna?

Ridwan Kamil Puan Maharani 2024

Hattori: Ada apa sih, wahai Puwan? Lihatlah! Betapa indahnya tempat ini untuk bertapa. Apa yang sebenarnya ingin kau dapatkan?

Baca juga :  Keok Pilkada, PKS Harus Waspada? 

Puwan: Aku pergi mendaki ke sini hanya dengan satu tujuan, Hatto, yakni untuk mengosongkan pikiranku sejenak dari hiruk-pikuk peradaban politis.

Hattori: Memangnya, ada keramaian apa di bawah sana sehingga kau ingin datang kemari?

Puwan: Tahun ini belum menjadi warsa politik. Namun, di bawah sana, keramaian semakin menjadi-jadi kala banyak rombongan berwarna-warni saling bersaing untuk menguasai warsa ke-24. 

Hattori: Hmm, sepertinya sulit, wahai Puwan. Langkahmu akan semakin berat ketika turun ke bawah nanti. Hiruk-pikuk mungkin akan disauti oleh rasa lelah yang semakin menggema.

Puwan: Maksudnya apa, Suhu Hattori?

Hattori: Ketika kau turun, kau akan semakin menyadarinya. Senja di sini memang indah. Namun, semua akan berubah ketika pertimbangan-pertimbangan itu datang kembali.


Akhirnya, setelah bertapa semalam di sana, Puwan dan Hattori pun turun untuk kembali kehidupan nyata yang penuh dengan hiruk pikuk. Namun, Puwan pun menyadari bahwa langkah-langkahnya akan semakin berat. 

Bagaimana tidak? Untuk turun ke bawah, Puwan ternyata harus melalui sebanyak 1.001 anak tangga. Mungkin, dari sini, ia akhirnya belajar bahwa langkah politis Puwan menuju 2024 juga memerlukan lebih banyak langkah – bahkan perlu manuver-manuver tertentu. (A43)

Baca Juga: Baliho Puan Menyeru di Semeru


► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?