HomeCelotehPuan Mau Ternak “Lele”?

Puan Mau Ternak “Lele”?

Sejumlah politisi PDIP – seperti Megawati Soekarnoputri, Puan Maharani, dan Effendi Simbolon – mulai melontarkan kritik untuk pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) terkait penanganan pandemi Covid-19. Apakah PDIP ingin beternak “ikan lele” kala pandemi?


PinterPolitik.com

Pandemi Covid-19 – serta sejumlah kebijakan pemerintah yang menyertai – telah membuat banyak orang kehilangan pekerjaannya. Banyak juga lulusan-lulusan baru yang akhirnya semakin kesulitan dalam menemukan pekerjaan pertamanya.

Meski dulu pandemi Covid-19 belum menghantam, aku dulu juga pernah ngerasain tuh gimana rasanya jadi pengangguran dan sulitnya mencari pekerjaan. Nggak hanya aku, teman-temanku pun merasakan hal yang sama.

Baru-baru ini, aku juga nonton sebuah video yang diunggah The Jakarta Post di YouTube. Banyak generasi muda – seperti milenial dan Generasi Z – ternyata masih terpinggirkan di tengah glorifikasi ekonomi generasi muda yang ramai dengan lifestyle ala start-up.

Mungkin, inilah mengapa akhirnya banyak milenial akhirnya mencari alternatif penghidupan. Salah satu yang sempat ramai di media sosial (medsos) adalah usaha ternak ikan lele. Lumayan, kan? Wong masih banyak juga warung pecel yang membutuhkan suplai ikan lele.

Tapi, usaha ternak ikan lele pun nggak semudah yang dibayangkan ya. Kita juga perlu mengontrol faktor-faktor lain yang bisa mengganggu kelangsungan usaha kita. Hama dan penyakit, misalnya, disebut jadi salah satu tantangan yang menghantui ikan-ikan lele kita.

Ngomong-ngomong soal lele, ada juga lho kisah sukses nan inspirasional dari Rangga Utama yang juga berkecimpung di dunia lele. Sempat kesulitan dengan kariernya, Rangga akhirnya membuka Pecel Lele Lela yang akhirnya laris dan viral di medsos.

Ya, intinya, ikan lele ini membawa berkah untuk banyak orang, termasuk dunia politik. Gimana nggak? Sekretaris Umum (Sekum) PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti bilang kalau sekarang mulai banyak ‘politikus ikan lele’ di tengah bayang-bayang pandemi Covid-19.

Baca juga :  Pak Prabowo! Waspada Indonesia Debt-Su*cide! 

Katanya, para politikus hidupnya seperti ikan lele, yakni bisa tetap berjaya (thrive) di air keruh. Air keruh ini dianalogikan seperti situasi politik yang tengah kacau kala pandemi. Politisi seperti ini akhirnya memanfaatkan “air keruh” itu untuk melemparkan kritik ke pemerintahan Joko Widodo (Jokowi).

Ungkapan dari Pak Abdul ini setidaknya membuktikan bahwa ikan lele ini blessing (karunia) buat banyak orang. Wahwhat do we do to deserve ikan lele ya?

Baca Juga: Perang Baliho: Puan vs Airlangga

Siapa Politikus Ikan Lele

Terlepas dari ikan lele sebagai blessing, siapa ya politisi ikan lele yang dimaksud Pak Abdul? Apakah politisi ini adalah mereka-mereka yang tiba-tiba muncul dan mengkritik pemerintahan Pak Jokowi?

Aku curiga sosok-sosok yang dimaksud oleh Pak Abdul ini adalah sejumlah kader PDIP yang mulai tampil bak oposisi terhadap Pak Jokowi. Kalau nggak percaya, coba aja lihat pernyataan-pernyataan Ketua DPR Puan Maharani dan politikus PDIP Effendi Simbolon.

Mereka udah mulai aktif dalam melontarkan kritik soal penanganan pandemi. Nggak hanya Mbak Puan dan Pak Effendi, kritik juga sempat dilontarkan oleh Ketua Umum (Ketum) PDIP Megawati Soekarnoputri baru-baru ini – misal soal komando penanganan bencana yang disebut-disebut menyasar Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan.

Ya, mungkin, PDIP ingin mengambil keuntungan juga dari usaha ternak ikan lele. Banyak lho pengamat-pengamat politik – seperti Satyo Purwanto dari Oversight of Indonesia Democratic Policy – yang menilai kalau PDIP bisa meraup “untung” dengan kritik-kritiknya ke Pak Jokowi.

Pertanyaan selanjutnya yang perlu dijawab adalah berhasilkah upaya “ternak ikan lele” ala PDIP ini. Soalnya, masih banyak juga di masyarakat yang menganggap kalau PDIP ini penuh pencitraan. Buktinya, terdapat sejumlah meme yang justru berkesan mengolok partai dominan satu ini.

Baca juga :  Prabowo dan Prelude Gerindra Empire?

Baliho-balihonya Mbak Puan yang banyak terpasang di berbagai kota besar, misalnya, malah dianggap tidak sensitif terhadap situasi krisis pandemi dan ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat. Selain itu, banyak juga persoalan yang justru diidentikkan dengan Mbak Puan – salah satunya seperti insiden mematikan mikrofon saat rapat paripurna DPR mengenai Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) alias Omnibus Law pada tahun 2020 silam.

Belum lagi, ada juga kasus korupsi bantuan sosial (bansos) yang melibatkan sejumlah kader PDIP – seperti mantan Menteri Sosial (Mensos) Juliari P. Batubara. Lalu, ada juga kasus suap pemilihan legislatif (Pileg) 2019 yang disebut melibatkan nama Harun Masiku – mantan kader PDIP.

Mungkin, kalau PDIP mau sukses “ternak ikan lele” ala Pak Abdul tadi, “hama-hama” inilah yang perlu dibasmi dulu. Kalau “hama-hama” ini masih terus menyerang dan menginfeksi, kayak-nya susah juga buat PDIP untuk bisa meraup “untung” alias simpati dari masyarakat.

Kalau Mbak Puan dan PDIP mau belajar “ternak lele” dengan benar, mungkin bisa tuh minta bantuan ke Mensos Tri Rismaharini (Risma). Kan, Bu Risma banyak memberdayakan warga yang ditemuinya kala blusukan untuk budidaya ikan lele. Lagipula, nggak susah kok buat Bu Risma menemukan Mbak Puan di jalanan – mengingat Mbak Ketua DPR ada di mana-mana. (A43)

Baca Juga: Operasi Intelijen di Balik Baliho Puan


► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?