Politisi PDIP Puan Maharani menegaskan di media sosialnya jika pencapaian karier politiknya tidak serta merta karena menyandang status sebagai cucu Soekarno, melainkan karena kerja keras. Apakah tepat jika Puan menyanggah adanya pengaruh trah Soekarno dalam karir politiknya?
Siapa tidak kenal dengan Proklamator RI bernama Soekarno? Tentu, masyarakat Indonesia mengetahui sosok fenomenal tersebut. Suaranya yang lantang dan berapi-api ketika berorasi menjadi ciri khas seorang Soekarno pada masa hidupnya.
Kecerdasan dan kharismanya berhasil membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang disegani oleh dunia. Maka, pria yang identik dengan gaya ‘flamboyan’ ini bisa dikategorikan sebagai salah satu pemimpin terbaik yang dimiliki oleh Indonesia.
Sosoknya yang fenomenal membuat pengaruhnya tidak serta merta menghilang dari Tanah Air. Keturunannya hingga saat ini pun masih ‘menghiasi’ panggung politik dengan berbagai peran yang diemban – mulai dari Megawati Soekarnoputri hingga saat ini yaitu Puan Maharani yang notabene berlabel cucu Soekarno. Meski menyandang status sebagai keturunan sang proklamator, Puan mengaku jika pencapaiannya di bidang politik bukan semata-mata karena garis silsilah yang dimiliki.
Kerja keras serta usaha menjadi alasan utama yang memicu karier politiknya semakin menanjak hingga saat ini mampu menduduki kursi kepemimpinan DPR RI. Sekilas sepertinya sih demikian, padahal tanpa menyandang status sebagai keturunan Soekarno, belum tentu karier Puan bisa moncer seperti saat ini.
Meski raga dari Soekarno sudah tidak hadir di antara kita, pengaruhnya hingga saat ini tidak lekang oleh waktu. Dalam tulisan berjudul Megamania! karya Stefan Eklof, dijelaskan jika para simpatisan Soekarno mengalihkan dukungannya kepada Megawati yang notabene merupakan anaknya.
Bahkan, ada anggapan jika pengaruh Soekarno-lah yang membawa Megawati bisa mencapai puncak pada karir politiknya. Tulisan ini menegaskan jika garis silsilah masih membawa pengaruh besar bagi generasi penerusnya termasuk keturunan Soekarno, baik Megawati dan anaknya, Puan Maharani.
Hal ini tidak dapat dipungkiri – terlebih jika melihat struktur tertinggi PDIP yang diisi oleh Megawati dan kedua anaknya, yaitu Puan Maharani dan Prananda Prabowo. Nah, kalau Mbak Puan bilang karir politiknya cemerlang bukan karena statusnya sebagai cucu proklamator sepertinya keliru ya.
Sebenarnya tidak salah juga jika Puan mengatakan seperti itu tetapi, sebagai manusia, kita tidak bisa memilih dilahirkan oleh siapa – mengingat takdir itu merupakan kehendak dari Tuhan bukan wewenang manusia.
Seperti halnya Presiden Amerika Serikat (AS) ke-35 John F. Kennedy yang tidak bisa lepas dari sosok ayahnya, yaitu Joseph Kennedy Sr. Perannya yang sangat esensial ketika pemerintahan Franklin D Roosevelt membuat namanya harum di negeri Paman Sam.
Pengaruhnya pun mengakar kuat, saking kuatnya hingga generasi penerusnya memiliki jabatan penting di pemerintahan AS lho. Dalam jurnal berjudul Apparent Perfection: The Image of John F. Kennedy karya Mark White dijelaskan jika citra sebuah trah ‘Kennedy’ cukup kuat bagi masyarakat Amerika. Maka, tidak heran jika John F. Kennedy menjadi salah satu presiden terbaik menurut masyarakat AS.
Nah, secara umum pengaruh garis silsilah atau keturunan ternyata tidak bisa diabaikan lho. Setiap individu yang membawa ‘status’ tersebut tentu akan merasakan dampaknya.
Namun, di Indonesia, Puan Maharani menampik jika pencapaiannya bukan karena pengaruh silsilah melainkan hasil kerja keras. Hmm, ya nggak salah juga sih, tetapi tidak berarti seluruh pencapaian hanya dilandasi kerja keras saja.
Sama halnya seperti karakter Bruce Wayne di film Batman yang harus menerima jika dirinya merupakan keturunan dari Thomas Wayne yang dinilai tidak disukai oleh mayoritas warga Gotham. Alhasil, Thomas Wayne tewas ketika terjadi kerusuhan dan membuat Bruce harus menanggalkan identitasnya sebagai keturunan Wayne untuk mencari tahu sosok yang membunuh ayahnya. Ia harus menjelma sebagai Batman untuk menjauhi ingar-bingar warga dan memilih untuk hidup sendiri dan terisolasi.
Tidak hanya itu, Batman juga harus siap jika tidak disukai oleh sejumlah pihak seperti para penjahat kelas kakap hingga aparat kepolisian. Nah, kalau melihat hal ini, lantas apakah Mbak Puan perlu menjadi seperti Batman, menanggalkan garis silsilahnya dan melawan takdir dengan memilih berjalan sendiri mengarungi dinamika politik Tanah Air? (G69)