HomeCelotehPuan, Gembira di Atas Duka?

Puan, Gembira di Atas Duka?

“HBD Bu Puan. Disambut sedih dari masyarakat yang BBM-nya ikut naik seperti umur-nya Ibu.” – Cuitan warganet


PinterPolitik.com

Gedung DPR adalah rumah rakyat. Di dalamnya berkumpul para wakil rakyat yang bertugas memperjuangkan nasib rakyat. Namun, ironisnya, di luar gedung terdapat rakyat yang menderita, tapi wakilnya di dalam sedang bersuka cita.

Potret ironis ini terlihat ketika Ketua DPR RI Puan Maharani mendapat kejutan di hari ulang tahunnya di depan para anggota DPR. Puan tampak sumringah mendapat kejutan dengan terlihat terus tersenyum.

Di saat yang bersamaan, tepatnya di depan Gedung DPR sedang berkumpul ribuan pendemo. Mereka demo untuk menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Bahkan, hingga sore hari, ketika demo itu harus berakhir, tidak ada satupun perwakilan dari anggota DPR yang menemui massa pendemo.

Tentu warganet di media sosial tidak tinggal diam melihat fenomena ini. Postingan ucapan selamat ulang tahun Puan malah mendapat banyak respons negatif.

Alih-alih ikut mendoakan Puan sama seperti anggota DPR yang lain, warganet malah menyindir unggahan itu dengan mengungkapkan bahwa mereka rindu melihat Puan menangis.

image 24
Kenaikan BBM, Masa ke Masa

Sedikit memberikan konteks, sindiran ini merujuk peristiwa saat Puan dan Megawati menangis karena pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berencana menaikkan harga BBM.

Postingan seperti “Kangen tangismu bu… cuss kapan nih,” hingga “Selamat merayakan hari naik nya BBM,” ramai dan mendapat banyak like dari warganet.

Mungkin hanya sindiran dan celetukan semacam ini yang dapat dilakukan oleh warganet untuk merespons peristiwa ironis yang terjadi di Gedung DPR Ri itu.

Bayangkan, di tengah kemalangan harga BBM yang naik, masih ada orang-orang yang bersuka cita, padahal tugasnya adalah memperjuangkan nasib rakyat.

Perlu adanya koreksi terhadap persoalan empati. Apakah kita menunjukkan empati atas kemalangan orang lain? Atau apakah mungkin kita mengalami kesenangan sesaat dari ketidakberuntungan orang lain?

Baca juga :  Pak Prabowo! Waspada Indonesia Debt-Su*cide! 

Anyway, persoalan semacam ini mirip dengan istilah schadenfreude dalam ilmu psikologi. Istilah yang diambil dari bahasa Jerman ini secara harfiah berarti “membahayakan kegembiraan” dan mengacu pada tindakan menikmati kemalangan orang lain.

Dalam sebuah jurnal psikologi dengan tema Personality and Individual Differences, mengulas persoalan schadenfreude yang bermuara pada faktor like or dislike individu maupun kelompok terhadap yang lain.

Mereka yang mengutamakan kepentingan pribadi (pro-diri) lebih mungkin mengalami schadenfreude dibandingkan dengan mereka yang lebih pro-sosial.

Hmm, masa sih para wakil rakyat tidak memikirkan penderitaan rakyatnya? Atau mungkin benar sindiran Gus Dur kalau DPR itu kumpulan anak-anak TK dan Playgroup.

Kalau memang benar demikian, kita hanya bisa mengelus dada dan berujar, “Umur segini, emang lagi lucu-lucunya”. Uppss. Hehehe. (I76)


Kelas Revolusi Baru, Jalan Nadiem Menuju Pilpres
Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Ganjar Punya Pasukan Spartan?

“Kenapa nama Spartan? Kita pakai karena kata Spartan lebih bertenaga daripada relawan, tak kenal henti pada loyalitas pada kesetiaan, yakin penuh percaya diri,” –...

Eks-Gerindra Pakai Siasat Mourinho?

“Nah, apa jadinya kalau Gerindra masuk sebagai penentu kebijakan. Sedang jiwa saya yang bagian dari masyarakat selalu bersuara apa yang jadi masalah di masyarakat,”...

PDIP Setengah Hati Maafkan PSI?

“Sudah pasti diterima karena kita sebagai sesama anak bangsa tentu latihan pertama, berterima kasih, latihan kedua, meminta maaf. Kalau itu dilaksanakan, ya pasti oke,”...