“Jangan mudah terkejut, tidak kagum, dan jangan sombong” – Soeharto, Presiden kedua Republik Indonesia
Gengs, kalian pasti punya kolega atau tokoh yang kariernya tuh benar-benar dimulai dari bawah, kan? Mimin juga punya. Banyak banget malah.
Rata-rata mereka membangun karier tersebut dari keringat yang apabila dikumpulkan bisa jadi bendungan, alias kerja keras. Nggak sedikit dari mereka yang dihina sedemikian rupa. Namun berkat kerendahan hati dan keberanian mengambil risiko, mereka pun bisa membeli mulut-mulut para penghinanya tersebut, sob.
Kalian kalau nggak percaya lihat deh pada sosok Cristiano Ronaldo. Sebelum ia sukses menjadi pesepakbola andal, jangan dipikir ia nggak banyak memakan pahitnya kehidupan karier sepak bola dulu, cuy.
Namun, apa yang keren dari sosok Ronaldo adalah meski ia menapaki karier yang cemerlang, sedikit saja kita jarang melihatnya nggak respect terhadap orang lain. Bahkan, kepada fans-nya yang masih kecil-kecil pun ia senyumi. Keren nggak tuh?
Walhasil, ia tidak hanya sukses menyabet banyak penghargaan baik individu, klub, maupun tim nasional (timnas), melainkan juga berhasil mendapat ‘angkat topi’ dari pencinta sepak bola lainnya, baik kawan maupun lawan.
Nah, cerita seperti itu harusnya dipahami oleh Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang baru saja berdiri. Ia sebenarnya punya prospek yang bagus lho karena dihuni oleh tenaga muda-mudi yang pintar dan cerdas sekali.
Namun, sayang sekali, rasa-rasanya kok PSI belum bisa mewarisi mental pemenang seperti yang dicontohkan oleh orang-orang besar. Ingat lho ya, pemenang ala orang Nusantara itu yang bisa merendahkan hati bahkan meski kondisinya sedang di atas awan.
Orang kita menyebutnya ‘jiwa ksatria’. Alih-alih menjaga sikap sebab merasa ‘baru’ di gelanggang perpolitikan nasional, PSI malah berani ongkang-ongkang. Mimin sih nggak mempersoalkan kalau PSI tuh pengen menunjukkan keberanian yang tanpa kompromi tetapi mbok ya ‘unggah-ungguh’ dalam melemparkan statement tuh tetap hati-hati.
Kalian tahu kisah Ron yang berperan sebagai pengusaha dalam film Anchorman 2? Mimin jadi keingat dia, cuy, saat membicarakan PSI nih.
Ron digambarkan sebagai pemuda yang ambisius dan percaya diri. Kariernya melonjak cepat sekali. Namun, hanya sebab ia nggak paham kondisi sekitarnya, di mana lingkungannya masih dihuni orang-orang yang lebih pengalaman dari dia, Ron pun dipecat setelah dianggap enggak layak, alias terlalu ‘sok-sokan’. Nah, jangan sampai deh PSI tuh seperti Ron ini.
Ya, tapi apa boleh buat? Dalam kasus yang menyeret Muannas Alaidid, salah satu pentolan PSI, kekhawatiran tersebut kok rasanya bakal terjadi. Pasalnya, setelah Muannas Alaidid melaporkan Hadi Pranoto yang kemarin viral menjajakan obat Covid-19 di channel Mas Anji, justru bola panas menghantam Mas Muannas sendiri nih.
Bahkan, juga mengenai PSI. Dalam serangan bola panas tersebut, Pak Hadi berbalik melaporkan Muannas sebagai Ketua Umum Cyber Indonesia dan PSI dengan laporan mencemarkan nama baik. Nggak tanggung-tanggung, cuy, Hadi pun meminta agar semua kantor milik PSI disita guna menebus uang Rp 150 triliun sebagai isi aduannya.
Hadeh, ya sudahlah, gengs, kita doakan yang terbaik aja. Terlepas dari siapa yang benar, semoga aja PSI dapat belajar dari peristiwa ini. Bagaimana pun, belajar itu perlu dilakukan – entah setua atau semuda apapun orang tersebut. (F46)