Ketua Umum (Ketum) Pro-Jokowi (Projo) Budie Arie secara gamblang mengemukakan bahwa Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto menjadi calon presiden (capres) paling pasti untuk berkontestasi di 2024 mendatang. Alasannya karena Prabowo dinilai loyal kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan memiliki kinerja yang baik sebagai Menteri Pertahanan (Menhan). Lantas, apakah tepat Projo terburu-buru mendeklarasikan dukungan terhadap Prabowo?
Sosok Prabowo Subianto rasanya tidak pernah terabaikan dalam dinamika politik Indonesia. Bayangkan saja, sudah dua kali Prabowo mencalonkan diri sebagai presiden di tahun 2014 dan 2019.
Namun, ironisnya, mantan Danjen Kopassus ini tidak pernah mengecap sebuah kemenangan. Meski sudah dua kali kalah, indikasi Prabowo kembali maju sebagai capres terus mengemuka.
Dorongan untuk mencalonkan diri sebagai calon presiden (capres) dikemukakan langsung oleh kader-kader dari Partai Gerindra. Bahkan, Prabowo sendiri sudah menyatakan siap jika dicalonkan (lagi) menjadi capres. Wah, belum nyerah nih Pak Prabowo?
Hmm, kalau Projo benar-benar satu suara, tampaknya Ganjar Pranowo harus gigit jari nih. Ya, mengingat pada 21 Mei 2022 lalu, Ganjar sempat diundang menghadiri rapat kerja nasional (rakernas) Projo di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Dalam pertemuan itu, Pak Jokowi juga hadir lho sekaligus mengatakan di hadapan Projo agar tidak kesusu (terburu-buru) menentukan capres untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Nah, intinya Pak Jokowi minta pendukungnya yang mungkin juga mendukung Ganjar agar tidak terburu-buru lah. Well, intinya sih jangan terlalu pragmatis sehingga gegabah dalam menentukan pilihan.
Hmm, dalam tulisan Matthew Festenstein yang berjudul Spotlight: Pragmatism in Contemporary Political Theory, dijelaskan secara garis besar jika pragmatisme merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tetapi tidak memiliki referensi yang luas untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut. Melihat penjelasan ini, tampaknya jika ingin mencapai tujuan maka setiap individu atau kelompok harus punya pertimbangan matang alias menjauhi sikap gegabah.
Nah, kalau sudah begini, Projo bisa terbagi menjadi dua kubu – ada yang mendukung Ganjar dan ada juga yang mendukung Prabowo. Namun, masing-masing sepertinya punya ciri khas masing-masing nih.
Kalau Projo yang ada Ganjar-nya sepertinya lebih sabar dan tidak buru-buru karena adanya arahan Pak Jokowi. Namun, kubu yang lain tampaknya agak buru-buru nih karena secara gamblang mendukung Prabowo menjadi capres. Hmm, mungkin bagi para relawan Pak Jokowi yang mendukung Ganjar bisa disebut Pro Ojo Kesusu.
Eits, bagaimana dengan relawan yang mendukung Prabowo? Well, mereka bisa disebut kebalikannya, atau Pro Kesusu alias Prokes. Hehe.
Well, apapun itu, sesuatu yang sifatnya tergesa-gesa atau buru-buru itu tidak baik. Nah, bagaimana dengan Projo? Mau alon-alon asal kelakon ketika mendukung Ganjar atau buru-buru dukung Prabowo tetapi gagal paham karena terlalu cepat berpikir sehingga bisa mengarahkan pada kegagalan (lagi)? Ups. (G69)