Site icon PinterPolitik.com

Prabowo, Menhan Anti-Gimmick?

prabowo menhan anti gimmick

Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto (kiri) bertemu dengan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman di Kementerian Pertahanan (Kemhan) pada akhir Desember 2021 lalu. (Foto: Biro Humas Setjen Kemhan)

Nama Prabowo Subianto kembali meramaikan bursa capres pada momentum Pilpres 2024 mendatang. Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Gerindra Habiburokhman menilai jika elektabilitas Prabowo masih tinggi dan layak dicalonkan menjadi capres karena beberapa alasan — salah satunya karena Prabowo bukan politisi yang suka ‘gimmick’ atau pencitraan. 


PinterPolitik.com

Popularitas seorang Prabowo Subianto seolah tidak pernah luntur meski beberapa kali diterpa isu tidak sedap ketika bertarung dalam kontestasi pilpres tahun 2009, 2014, dan 2019 lalu. Elektabilitas mantan Danjen Kopassus ini masih tinggi di beberapa lembaga survei. 

Seperti yang dipublikasikan oleh lembaga survei Indikator Politik, Prabowo memperoleh elektabilitas sebesar 27 persen. Angka ini sekaligus menempatkan Prabowo di atas tokoh lainnya, seperti Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. 

Pencapaian ini dinilai bisa terealisasi tanpa disertai ‘gimmick’ politik dari Prabowo. Hal ini dipertegas oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gerindra yaitu Ahmad Muzani. 

Ia membandingkan Prabowo dengan politisi lainnya yang gemar melakukan ‘gimmick’ politik untuk mendulang elektabilitas. Berbagai gaya ‘gimmick’ dilakukan misalnya seperti membuat baliho politik untuk meningkatkan popularitas di tengah masyarakat. 

Well, ‘gimmick’ dalam dinamika politik sejatinya tidak bisa terelakkan. Para politisi berlomba-lomba memperlihatkan jika dirinya pantas untuk dipilih sebagai pemimpin, sehingga berbagai cara pun dilakukan. 

Salah satunya ya melalui baliho yang bertebaran di jalan dengan wajah besar tokoh politik disertai dengan narasi yang seolah membangkitkan semangat, mulai dari ‘kepak sayap kebhinekaan’ ala Puan hingga ‘kerja untuk Indonesia’ ala Airlangga Hartarto. 

Gary Mauser dalam bukunya yang berjudul Political Marketing: An Approach to Campaign Strategy menjelaskan sebuah konsep Political Marketing yang intinya bertujuan untuk mempengaruhi perilaku masyarakat dalam sebuah situasi yang kompetitif. Maka, nggak heran jika para politisi ini jor-joran untuk menyebarkan pengaruhnya melalui baliho dengan harapan meningkatkan popularitas. 

Hm kalau ingat ‘gimmick’ yang dilakukan oleh para politisi ini, seakan mengingatkan kepada salah satu Youtuber terkenal yaitu Atta Halilintar. Melalui jargonnya yang unik, yaitu ‘ashiaaap’, pemuda ini mampu memberikan pengaruh yang signifikan, terlihat dari jumlah subscribers YouTube yang hampir mencapai 30 juta. 

Tidak dipungkiri, hal ini tidak lepas dari kontennya yang penuh dengan ‘gimmick’ atau drama settingan. Bahkan, Atta secara pribadi mengaku kalau ‘gimmick’ sangat berpengaruh dalam pembuatan kontennya. 

Eits, Namun, nggak semua YouTuber lho mengandalkan ‘gimmick’ layaknya Atta Halilintar. Artis terkenal, Luna Maya, yang juga mulai mencoba berkiprah di YouTube mengaku jika dirinya tidak terlalu suka melakukan ‘gimmick’. Alasannya karena tidak ingin menghilangkan ciri khasnya. 

Meski risikonya sulit meraup viewers atau subscriber, ia mengaku tidak mempermasalahkan hal tersebut. Hmm mungkin kata lainnya seperti ‘legowo’ begitu ya – sama halnya dengan Pak Prabowo yang tidak suka ‘gimmick’ dan berakting. 

Namun, apakah Pak Prabowo bisa ‘legowo’ seperti Luna Maya jika kembali tidak bisa maju sebagai calon presiden (capres) di 2024? Hmm, bisa jadi, Pak Prabowo tetap ‘legowo’ seperti ucapan mendiang presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid yaitu ‘Prabowo paling ikhlas kepada rakyat.’ (G69)


Exit mobile version