“Komoditas singkong dipilih untuk mendukung program cadangan pangan strategis nasional, karena singkong bisa menghasilkan sekian banyak turunan, seperti mie, tapioka dan mocaf. Kebijakan ini sekaligus mendukung program cadangan pangan strategis nasional”. – Prabowo Subianto, Menteri Pertahanan
Singkong. Bahasa Inggrisnya cassava. Tanaman yang satu ini disebut aslinya berasal dari Amerika Latin dan masuk dalam suku kastuba-kastubaan. Umbi tanaman ini – yang sering disebut sebagai umbi batang – adalah salah satu sumber karbohidrat. Inilah mengapa sejak kira-kira 10 ribu tahun yang lalu, tanaman ini mulai dibudidayakan oleh manusia sebagai sumber makanan.
Buat sebagian orang Indonesia sendiri, singkong alias ubi kayu adalah salah satu makanan pokok di samping beras. Di beberapa daerah bahkan singkong dibuat jadi makanan olahan turunan yang tak kalah bergizi dan enak.
Baca Juga: Jokowi dan Risalah Kungkungan Militer
Namun, mungkin karena umumnya dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan – ditambah program “seragam makan nasi” era Orde Baru – singkong tersingkir dan sering kali diidentikkan dengan makanan wong ndeso atau orang kampung. Emang nih, era seragam ala Soeharto berdampak juga pada makanan pokok kita.
Nah, soal singkong ini lagi jadi perbincangan hangat – sehangat singkong kukus disantap sama kopi panas. Duh nikmatnya. Eh.
Maksudnya hangat topik singkong ini karena program food estate yang dijalankan oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, fokus utamanya adalah budidaya singkong.
Menurut mantan Danjen Kopassus itu, pengembangan food estate atau lumbung pangan singkong dapat mendukung cadangan pangan strategis nasional. Ini doi sampaikan ketika berkunjung ke lokasi pengembangan singkong di Desa Tewai Baru, Kecamatan Sepang, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah.
Di Gunung Mas sendiri, pada 2021 rencananya pemerintah memanfaatkan tanah seluar 30.000 hektar. Sejauh ini yang sudah diolah lahannya seluas 634 hektar, 32 hektar di antaranya sudah mulai ditanami singkong.
Prabowo juga menyebutkan bahwa ketersediaan singkong sangat dibutuhkan di dalam negeri. Selain bisa dikonsumsi langsung, singkong juga bisa diolah menjadi tepung tapioka atau mocaf yang bisa menjadi bahan roti dan mi.
Apalagi, buat yang belum tahu, Indonesia sampai saat ini masih impor singkong loh. Iyess, nggak salah baca, kita masih impor singkong! Data tahun 2017 lalu menyebutkan kita impor 740 ribu ton singkong per tahun.
Beh, ini mah udah kebangetan ya.
Tapi, terlepas dari hal tersebut. Melihat Pak Prabowo ngurusin singkong berasa jadi lucu juga ya. Soalnya, doi kan bisa dibilang “anak keju” lah alias berasal dari keluarga berada. Sekarang jadi “anak singkong” karena tugas negara. Hehehe.
Berasa tukeran sama Pak Chairul Tanjung nih yang dulunya anak singkong, sekarang jadi anak keju. Uppps. Menarik untuk ditunggu kelanjutannya. (S13)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.