Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto beberapa waktu lalu mencoba menumpangi pesawat jet tempur F-16 milik TNI AU. Apakah Prabowo sudah se-level Maverick?
“It’s not the plane. It’s the pilot” – Bradley Bradshaw alias Rooster, Top Gun: Maverick (2022)
Di udara yang begitu tak terbatas, terbanglah sejumlah burung besi yang memecah kapas-kapas awan. Kecepatannya tinggi. Suaranya begitu tajam.
Tiba-tiba, tenang dan birunya langit menjadi mencekam. Cahaya panas pun menyuar dari burung-burung besi itu. Ledakan pun kemudian terjadi.
Suasana mencekam inilah yang mungkin akan terasa ketika menonton film-film aksi semacam Top Gun: Maverick (2022). Bersama Kapten Pete Mitchell alias Maverick yang menunggangi F-14, penonton bakal dibawa masuk ke dalam berbagai keseruan pesawat jet tempur yang bisa nge–bikin jantung berdebar-debar.
Nah, mungkin, keseruan inilah yang akhirnya juga dirasakan oleh Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto. Gimana nggak? Pak Prabowo beberapa waktu lalu akhirnya berkesempatan menjajal pesawat jet tempur bikinan Amerika Serikat (AS) – kali ini tipe F-16.
Hmm, jangan-jangan Pak Prabowo justru lebih jago dibandingkan Maverick. Soalnya, Maverick kan hanya naik pesawat jet tempur F-14. Sementara, pesawat Pak Prabowo lebih canggih, yakni F-16.
Maybe, karena ini, Pak Prabowo justru adalah Maverick yang sesungguhnya. Banyak pengamat militer menilai kalau F-16 bakal menang bila berhadapan langsung dengan F-14 dalam sebuah dogfight – sebutan untuk pertempuran antara pesawat-pesawat militer.
Hmm, jangan sampai Tom Cruise – pemeran Maverick – dengar kabar inilah. Bisa-bisa, Tom malah insecure nanti. Hehe.
Tapi, canggih atau tidaknya pesawat jet tempur ini menjadi salah satu unsur penting. Pasalnya, kepemilikan alat utama sistem pertahanan (alutsista) adalah salah satu hal esensial dalam politik antar-negara.
Salah satu cara diplomasi yang kerap digunakan adalah deterrence. Kalau kata Michael J. Mazarr dalam tulisannya Understanding Deterrence, cara seperti ini bertujuan untuk membuat negara lain berpikir kembali untuk melakukan suatu tindakan.
Hmm, terus, apa hubungannya sama Pak Prabowo naik F-16? Apakah itu bentuk upaya deterrence? Kalau iya, buat negara mana nih?
Bisa jadi, upaya deterrence ini ditujukan oleh negara tetangga yang makin ke sini makin sering mengklaim porsi wilayah laut yang besar. Negara mana lagi kalau bukan Republik Rakyat Tiongkok (RRT)?
Tiongkok sendiri – selain mengklaim penuh Laut China Selatan (LCS) – juga mulai memasuki zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia di utara Natuna. Selain itu, negeri Tirai Bambu itu juga membangun pulau-pulau ‘palsu’ di LCS – tentu terdapat juga fasilitas-fasilitas militer di atasnya.
Ini membangun persepsi ancaman di antara negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Alhasil, banyak dari negara-negara Association of South-East Asian Nations (ASEAN) meningkatkan kapabilitas militer – terlihat dari anggaran pertahanan yang terus membesar.
Indonesia sendiri, misalnya, membangun sejumlah fasilitas militer di Natuna. Tidak hanya itu, pemerintah juga meningkatkan aktivitas ekonomi di bagian selatan LCS – atau yang disebut sebagai Laut Natuna Utara oleh pemerintah Indonesia.
Nah, dengan Pak Prabowo terlihat naik pesawat jet tempur yang lebih canggih, bukan nggak mungkin ini menjadi sinyal deterrence kepada Tiongkok yang tampak sering mencampuri ZEE Indonesia di LCS. Apalagi, Pak Menhan ini juga seorang pejabat tinggi – menampakkan keseriusan Indonesia terkait kapabilitas militernya.
Well, mungkin, mirip kata Rooster di film Top Gun: Maverick, ‘pilot’ yang menaiki pesawat itu justru memiliki dampak yang lebih besar terhadap keberhasilan suatu misi. Pertanyaan lanjutannya nih: Pak Prabowo kapan nih jadi ‘pilot utamanya’ Indonesia?
Siapa tahu bisa tampak lebih serius di hadapan negara-negara lain kalau udah jadi ‘pilot utama’? Bukan begitu, guys? Hehe. (A43)