Site icon PinterPolitik.com

PPP Diselamatkan Angka 17?

PPP Diselamatkan Angka 17?

Kader PPP dan angka 17 sebagai nomor urut partai yang baru. (Foto: Detik)

“Kalo agak kleniknya karena dengan nomor 10 kami dalam tanda kutip sial, kita harus coba peruntungan baru. Salat 17 rakaat. Kemerdekaan 17 Agustus. Nuzulul Qur’an 17 Ramadhan. Nanti kita cari lagi lah apa.” – Arsul Sani, Wakil Ketua Umum PPP


PinterPolitik.com

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menjadi satu-satunya partai politik (parpol) parlemen yang mengikuti kocok ulang nomor urut untuk Pemilu 2024 di Kantor Pemilihan Umum (KPU) 14 Desember 2022 kemarin.

Sedikit memberikan informasi, jika merujuk Pasal 279 ayat (3) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2022 tentang Perubahan atas Undang-Undang (UU) Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (Pemilu), sebenarnya PPP bisa saja menggunakan nomor urut Pemilu 2019 karena lolos parlemen.

Namun, alih-alih mengambil kesempatan itu. PPP memilih peruntungan baru dengan nomor baru. Dan akhirnya mereka memperoleh nomor urut 17 untuk Pemilu 2024.

Wakil Ketua Umum (Waketum) PPP Arsul Sani merasa bersyukur karena PPP mendapat nomor urut 17. Baginya, nomor urut sebelumnya dianggap “angka sial”. Hal ini dihubungkan dengan prestasi PPP yang terpuruk pada Pemilu 2019.

Seperti yang kita tahu, nomor urut 10 yang dipakai PPP pada Pemilu 2019 dianggap kurang memberikan keberuntungan karena suara PPP kala itu menurun.

Arsul juga mencoba mendeskripsikan angka 17 sebagai angka yang mudah dijadikan instrumen kampanye. Menurutnya, angka 17 bisa diasosiasikan dengan banyak hal – misal tanggal Kemerdekaan (17 Agustus), jumlah rakaat salat dalam sehari (17 rakaat), hingga tanggal 17 Ramadhan yang bertepatan dengan hari Nuzulul Qur’an. Selain itu, posisi 17 begitu strategis karena berada di paling buncit dan mudah terlihat di surat suara.

Partai Ummat Tidak Diloloskan KPU?

Anyway, menyoal nomor 17 yang didamba-dambakan PPP, bukanlah hal baru dalam politik. Angka adalah simbol yang paling sering digunakan sebagai instrumen politik, khususnya parpol di Indonesia.

Dalam kajian numerologi, mitologi keberuntungan angka yang terlanjur dipersepsikan manusia itu rupanya masih menjadi polemik. Ada yang mempercayai. Namun, tidak sedikit pula  menganggapnya hanyalah imajinasi manusia saja.

Jika kita melihat sejarah, filsuf seperti Pythagoras menganggap kalau angka sebenarnya mempunyai jiwa sehingga muncul pemikiran yang lebih dari sekedar simbol.

Bahkan, angka sering kali dikaitkan dengan ramalan yang akan terjadi di masa mendatang. Tidak hanya ramalan baik saja, ada juga yang menghubungkan angka tertentu dengan suatu kejadian atau hal negatif.

Politik Indonesia juga mengafirmasi hal semacam itu. Hal ini dapat kita lihat dari argumentasi Clifford Geertz dalam bukunya The Religion of Jawa yang menceritakan bagaimana penggunaan numerologi khas Jawa sering berkelindan dengan hal-hal magis

Hal ini termasuk dalam konteks politik. Hal ini dibuktikan dengan penentuan tanggal untuk melakukan acara yang dianggap keramat oleh para penguasa di Jawa.

Meski demikian, sebenarnya kita dapat melihat arti lain dari fungsi angka selain ramalan. Dalam studi mutakhir tentang numerology, misalnya, muncul pemahaman kalau numerologi hanyalah seni yang bersifat deskriptif bukan prediktif.

Dalam konteks  ini, numerologi hanya digunakan sebagai patokan agar orang lebih berhati-hati dalam beraktivitas atau juga agar lebih giat lagi dalam melakukan sesuatu.

By the way, berbicara “angka keramat”, ingatan kita akan tertuju ke dunia sepak bola. Di beberapa klub sepak bola, ada nomor punggung yang dianggap membawa sial. Setiap pemain yang mengenakannya kerap gagal bersinar.

Mereka tenggelam karena cedera atau kalah bersaing dengan pemain lain. Namun, ada juga yang melihat angka sebagai berkah atau setidaknya bergengsi.

Semisal nomor punggung 10, banyak pemain sepak bola yang mempercayai kalau nomor 10 adalah nomor yang paling keramat. Tidak ada aturan tertulis tetapi nomor 10 dianggap paling bergengsi dan menentukan.

Hal ini terkait dengan sejarah dari penggunaan nomor punggung 10 itu sendiri. Banyak nomor 10 yang menjadi pemimpin pergerakan tim di lapangan dan sangat ditakuti.

Kembali ke konteks PPP yang bersyukur mendapat angka 17 dan menanggalkan angka 10, jadi kepikiran. Kok PPP agak berbeda ya sama pemain sepak bola? Hmm, bukankah angka 17 biasa digunakan oleh cadangan ya? Semoga saja PPP tidak berpikir hal yang sama. Upppsss. Hehehe. (I76)


Ini Yang Terjadi Jika Megawati Tidak Jadi Presiden
Exit mobile version