Ketua Umum (Ketum) Partai NasDem Surya Paloh sedang gencar melakukan safari ke partai-partai politik. Apakah Surya Paloh tengah mencari “mitra bisnis” untuk Anies Baswedan?
“Persistence and determination alone are all powerful” – The Founder (2016)
Sepenggal kutipan di atas berasal dari film The Founder (2016) yang mengisahkan tentang awal mula berdirinya sebuah restoran cepat saji dari Amerika Serikat (AS), yaitu McDonald’s.
Film yang disutradarai oleh John Lee Hancock bercerita pada tokoh yang bernama Ray Kroc yang memiliki usaha dan kegigihan dengan mendatangi toko-toko untuk menjual mesin mixer.
Sampai akhirnya, Ray bertemu dengan McDonald bersaudara kemudian membentuk koalisi untuk membangun franchise dalam rangka memperbesar modal bisnis restoran cepat saji tersebut.
Meski pada awalnya Ray mendapatkan penolakan, berkat kegigihannya dia berhasil untuk mulai membuka cabang franchise pertama mereka.
Kegigihan dan tekad yang kuat saat ini juga sedang ditujukan oleh Ketua Umum (Ketum) Partai NasDem Surya Paloh. Pasalnya, koalisi perubahan sudah terbentuk antara NasDem berkoalisi dengan partai Demokrat dan PKS.
Koalisi perubahan terus dimatangkan sebagai bentuk pernyataan dukungan terhadap mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden (capres) 2024. Usulan ini bermula dari NasDem yang mendeklarasikan diusungnya Anies pada 2022 silam.
Manuver NasDem terus berlanjut, Paloh mengunjungi sejumlah elite partai politik koalisi pemerintahan Jokowi. Tidak sampai di situ, Paloh berkunjung ke DPP Partai Golkar untuk menemui Ketum Golkar, yaitu Airlangga Hartarto.
Bahkan, sebelumnya elite Nasdem mengunjungi Sekretariat Bersama (Sekber) Partai Gerindra dan PKB. Bersamaan dengan itu, Paloh sedang melakukan pertemuan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara.
Seperti penjelasan Kimberly L. Casey dalam tulisannya berjudul Defining Political Capital: A Reconsideration of Bourdieu’s Interconvertibility Theory, dijelaskan bahwa modal politik dapat dijadikan sebagai pendayagunaan keseluruhan jenis modal yang dimiliki oleh pelaku politik.
Hmm, kalau dilihat NasDem sedang gencar melakukan manuver dengan menggandeng partai koalisi serta melakukan safari ke partai politik pendukung pemerintah – menandakan bahwa NasDem sedang melakukan pendayagunaan jenis modal untuk menghasilkan tindakan politik.
Namun, untuk mendukung Anies, NasDem tentu tidak bisa bergerak sendirian. Butuh modal yang jauh lebih besar untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Inilah kenapa Kroc menggunakan sistem franchising. Dengan sistem ini, Kroc tidak perlu memiliki modal langsung yang lebih besar karena tidak semua bagian bisnis dipegang oleh McDonald’s, melainkan sebagian dilimpahkan kepada pemilik properti (bangunan atau tanah).
Nah, mungkin nih, Paloh sedang mempromsikan “franchise” Anies kepada partai-partai politik (parpol) lain. Siapa tahu, kan, akhirnya mereka bisa mengombinasikan modal mereka masing-masing (baca: persentase suara)?
Pertanyaannya sih satu, guys. Mungkinkah perkembangan “franchise politik” Anies ini bisa sepesat model bisnis milik McDonald’s yang sekarang bisa dijumpai di mana-mana? (S85)