Site icon PinterPolitik.com

Politik Buruh di Balik Omnibus Law

Politik Buruh di Balik Omnibus Law

Buruh mengadakan demontrasi pada Januari 2020. (Foto: Antara)

“Trades union are islands of anarchy in a sea of chaos” – Aneurin Bevan, -olitikus asal Britania Raya


PinterPolitik.com

Cuy, namanya hidup itu memang gak mudah alias butuh effort besar – butuh sebuah pengorbanan yang tinggi, cuy, entah itu yang berbentuk materil maupun imateril.

Kalau imateril ini susah ya untuk dikalkulasi secara real. Namun, kalau yang berbentuk materil, ini bisa, gengs, dihitung-hitung. Bahkan, butuh peritungan secara rigidt, makanya ada istilah hemat tuh pangkal kaya. Hehehe.

Nah, mungkin, karena perhitungan harga untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari masyarakat yang cukup tinggi, makanya Ketua Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal meminta pemerintah menaikkan upah minimum provinsi pada 2021 sebesar 8% di tengah persoalan omnibus law yang belum selesai.

Ya, alasannya sih terkesan baik dan benar ya, gengs, yaitu doi berkeinginan dengan adanya kenaikan upah ini diharapkan bisa mendongkrak daya beli.

Terlebih, di sisi lain, pandemi Covid-19 masih menghantui Indonesia. Pandemi ini juga mempengaruhi sendi-sendi ekonomi dalam negeri kan, cuy. Lebih jauh dari itu ya, gengs, memang sih, tuntutan ini ada bagusnya karena untuk kesejahteraan para pekerja.

Namun, kalau diamati secara mendalam, tentu ini sangat memberatkan para pengusaha ya, gengs. Di sini, mimin bukan berarti lebih memihak kepada pengusaha dan tidak memihak buruh ya. Namun, mimin mengajak berpikir secara holistik.

Soalnya, kondisi saat ini saja para pengusaha masih empot-empotan bertahan hidup di tengah tekanan ancaman Covid-19. Lah, ini kok malah nembak ingin upah naik? Hadeeh.

Ingat kan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa kali meminta agar regulasi di Indonesia ini dibuat lebih simple sehingga muncul tuh RUU Omnibus Law.  Itu alasannya, cuyHehe.

Lagian nih, saat ini gerakan sosial yang dilakukan oleh buruh saat ini kok kesannya terdapat pergeseran orientasi begitu. Kalau gerakan sosial dahulu kan lebih mengarah kepada kepentingan kesejahteraan masyarakat. Nah, saat ini, kesannya hanya berorientasi kepada kepentingan kelompok saja dan cenderung. Hehehe. (F46)

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Exit mobile version