Site icon PinterPolitik.com

PKB Mau “Tantang” Bank Dunia?

PKB Mau Tantang Bank Dunia

Wakil Komisi II DPR Yaqut Cholil Qoumas (kanan) ketika bertemu dengan Presiden Jokowi (kiri). (Foto: Setneg)

“Fitted hat high rank officials. World Bank like Rothschilds” – Nas, penyanyi rap asal Amerika Serikat


PinterPolitik.com

Sebelum kehilangan momentum nih, gengs, kalian sadar gak sih kalau di mana-mana penasihat kerajaan memang selalu mewakili komposisi rakyatnya – misalnya dahulu kala saat kerajaan Hindu-Budha rata-rata penasihatnya berlatar belakang pendekar.

Hal ini karena komposisi rakyatnya memang prajurit dan para pendekar sakti mandraguna. Nah, seiring berjalannya waktu, maka penasihat kerajaan pun berubah, cuy. Di kerajaan Inggris dan Yogyakarta misalnya, kebanyakan penasihat diisi oleh kalangan pemikir dan organisatoris.

Hampir sama dengan kondisi kerajaan, negara juga mengalami perubahan model penasihat cuy. Nah, Indonesia sadar dengan hal itu. Makanya, ditambah komposisi penasihatnya.

Bahkan, saking pekanya dengan tuntutan zaman, Indonesia sampai mengistimewakannya loh. Dibuat-in wadah segala, yaitu Staf Khusus (Stafsus) millenial. Super keren kan?

Mereka penasihat dari kalangan muda, cuy. Harapan ditempelkannya nama milenial sih biar ketiban beruntung gitu mungkin, agar Indonesia generasinya menjadi sehat, kuat, dan tahan lama. Kok kayak batu baterai ya, cuy? Hehehe.

Harapan normatifnya sih, agar mereka dapat memberikan tenaga dan atmosfer baru di lingkungan kerja. Terkadang, memang yang muda lebih memahami perkembangan dan kebutuhan zaman. Hehehe. Tapi nih, soal di lapangan, ternyata beda, cuy, hasilnya antara harapan dan kenyataan.

Setidaknya, itu yang bisa kita tangkap saat menyimak kondisi negara akhir-akhir ini. Belum juga berumur setahun, stafsus milenial ini sudah menerima kritikan dan tampolan keras dari banyak kalangan.

Daya hajar dan gedor yang paling menukik tajam ya dari para golongan legislatif. Ini seperti kisah klasik yang berulang gak sih? Ekskutif selalu ribut dengan legislatif. Tapi gakpapa sih, bukankah kalau pengen diluruskan besi harus ditempa dengan keras? Terlebih, di dalam konsep trias politika kan memang harusnya begitu. Hehehe.

Salah satunya kritik hadir dari Yaqut Cholil Qoumas, Wakil Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Politisi yang akrab disapa Gus Tutut ini sampai bilang gini loh gengs, “Saya dari awal konsisten, bubarkan saja stafsus milenial ini. Tidak ada faedah atau manfaatnya. Mereka ini malah memberikan beban dan merepotkan Presiden karena sering membuat gaduh”.

Wadadaw, Gus Tutut tajem amat itu kritik. Pedes banget kayak omongan tetangga. Upsss, hehehe.

Ya kalau diraba-raba, memang bener sih. Pasalnya, dua stafsus sudah kepalang bikin gaduh saat dihadapkan pada kebijakan yang bersentuhan dengan isu kerakyatan.

Coba dipikir deh. Masa ada sekelas stafsus ngasih surat cinta ke Camat? Suratnya kepada Camat seluruh Indonesia lagi. Bahkan, ada Stafsus yang tiba-tiba memilih mengundurkan diri saat doi mendapat kritikan setelah perusahaannya mendapat tender program kartu prakerja?

Hadehh, sebagai warga yang kritis dan perhatian pada negara, masa kita pura-pura bego saja? Ya, wajar sih kalau ada pihak yang geram dengan tingkah mereka ini. Termasuk legislatif juga boleh marah, kan?

Tetapi, lebih dari itu, apa Gus Tutut ini gak takut dengan Bank Dunia? Pasalnya, dengar-dengar, Bank Dunia kan memang ingin memasang beberapa pion pemuda di berbagai negara.

Salah satunya dengan cara mendorong anak muda untuk menciptakan lapangan kerja agar dapat sejalan dengan program neoliberalisme ala Amerika Serikat (AS). Lebih-lebih, tidak sedikit loh, stafsus milenial yang jebolan AS. Bahkan, stafsus ini rerata punya perusahaan ya, cuy.

Jadi, mungkin kalau boleh ngasih saran kepada Gus Tutut, hati-hati dalam melangkah, Gus. Soalnya, kalau nanti offside, bakal repot. Kalau permainan sepak bola saja itu merupakan pelanggaran, dalam sistem kenegaraan dan politik global pasti gak jauh berbeda. Hehehe.

Terlebih, kalau stafsus ini ternyata memang punya lirikan mata dengan Bank Dunia, bisa jadi repot urusannya. Nah, agar tidak salah langkah tentang gimana enaknya keberlangsungan stafsus ini, maka gimana kalau mereka didatangkan ke ruang DPR.

Nanti silakan mengorek semuanya. Apa berani bapak-bapak pejabat ini? Kita nantikan saja ya, gengs, jawabannya dari beliau-beliau. Hehehe. (F46)

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Exit mobile version