HomeCelotehPetualangan Kopi ala Anies

Petualangan Kopi ala Anies

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengunjungi sejumlah warung kopi, kedai kopi, dan sejumlah usaha kecil lainnya akhir-akhir ini. Ada apa di balik petualangan kopi ala Anies ini?


PinterPolitik.com

Siapa sih yang tidak suka dengan kopi? Dengan wanginya yang enak serta manfaatnya sebagai penambah energi ketika kantuk melanda, kopi menjadi salah satu produk tanaman yang paling banyak dikonsumsi di dunia – bahkan dalam sejarahnya melintasi banyak peradaban dan kebudayaan lho.

Peradaban Arab hingga Afrika, misalnya, disebut menjadi tempat awal di mana konsumsi kopi sebagai minuman dinilai mulai dipahami manusia. Tidak hanya peradaban Timur Tengah, kopi pun berhasil menyebar ke berbagai belahan dunia lainnya – mulai dari Eropa, India dan Asia Selatan, hingga Asia Tenggara.

Hmm, tidak heran sih kalau jenis-jenis kopi pun beraneka ragam. Di Indonesia sendiri, misalnya, setiap biji kopi yang ada di berbagai wilayah disebut memiliki keunikan rasa masing-masing lho.

Nah, tentunya, petualangan panjang kopi ini pun berujung menjadi minuman favorit bagi banyak orang, termasuk para pejabat dan politisi. Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto, misalnya, menyebutkan bahwa kopi adalah minuman wajib baginya.

Mungkin, petualangan kopi ini juga tengah dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Pasalnya nih, akhir-akhir ini, Pak Anies ini lagi on streak buat berkunjung ke berbagai warung dan kedai kopi lho.

Sebuah warung kopi (warkop) di Jl. Cipete Raya, misalnya, menjadi salah satu tempat kopi yang dipilih oleh Pak Anies untuk dikunjungi bersama anak-anaknya. Selain warkop, Pak Gubernur juga mengunjungi sebuah kedai kopi legendaris lho di kawasan Glodok, Jakarta Barat.

Baca Juga: Ketika Anies Baswedan Akhirnya Kalah

Baca juga :  Belah PDIP, Anies Tersandera Sendiri?
Politik Warung ala Anies

Hmm, bisa jadi, ini adalah cara blusukan ala Pak Anies nih. Soalnya, kan, secara tidak langsung – atau langsung sih, Pak Gubernur jadi bisa berdialog dan menyerap aspirasi-aspirasi masyarakat, khususnya mereka yang bergerak sebagai usaha kecil.

Wah, kalau dibandingkan dengan gaya blusukan salah satu menteri yang sempat ramai kemarin, kira-kira, mending mana ya? Hehe. Mending disertai dengan suasana tegang dengan dicerca pertanyaan atau sambil ngopi ya, guys?

Kalau kata orang-orang sihngopi itu punya manfaat penting lho, yakni sebagai penenang suasana. Kalau kata orang-orang Jawa sih, “ngopi sek ben ora sepaneng.” Artinya adalah minum kopi terlebih dahulu biar tidak tegang. Hehe.

Kan, enak tuh kalau udah ngopiNgobrol jadi santai dan menjadi lebih luwes – daripada tegang dan marah-marah. Ya kan? Hayoo, siapa yang biasanya suka marah-marah?

Ya, terlepas dari itu semua, sebenarnya petualangan Anies dari warkop ke warkop lainnya ini bukanlah hal baru kok. Dalam beberapa kesempatan, Pak Anies malah sering terlihat makan dan mengunjungi banyak warung. Warung Tegal (Warteg), misalnya, disebut jadi tempat langganan Pak Anies kala pandemi Covid-19 belum menyerang lho.

Hmm, jadi, gimana nihguysKayak-nya seru tuh ngobrol-ngobrol sembari menikmati secangkir kopi dan dua piring mie goreng – tentunya dengan harga yang sangat terjangkau dongHihi. (A43)

Baca Juga: Tito “Main Mata” ke Anies?


► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?