Konten Instagram Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa mendapat banyak atensi karena memperlihatkan sisi lain perempuan yang perlu diperhatikan. Seperti dirinya, perempuan harusnya ikut berkompetisi menjadi pemimpin. Lantas apakah memperlihatkan potret perempuan kuat ala Khofifah dapat dibaca sebagai politik simbol?
Unggahan Instagram Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa yang menampilkan video sekelompok ibu-ibu di wilayah Kalimantan yang sedang mengangkat potongan kayu berukuran besar, mendapat banyak atensi dari warganet.
Khofifah seolah ingin menyindir cara berpikir kebanyakan orang, yang menilai perempuan atau emak-emak hanya bisa ngerumpi yang tidak produktif. Ia menegaskan emak-emak juga bisa kerja keras banting tulang. Dengan bahasa satir ia mengatakan kostum boleh daster tapi kekuatan seperti atlet angkat besi.
Ngomong-ngomong soal perempuan hebat yang di unggahan Khofifah, jadi teringat beberapa film yang ditampilkan oleh anime maupun film live action superhero yang relate banget sama kehidupan kita sehari-hari.
Semisal para perempuan hebat di pulau Amazon Lily dalam serial One Piece, kemudian tokoh Wonder Women yang dibesarkan di Themyscira semacam dunia tersendiri bangsa Amazon, dan terakhir Utopia Paralel yang merupakan rumah asal America Chavez dalam Film Doctor Strange terbaru.
Indonesia kira-kira punya pahlawan seperti mereka enggak ya? Jika menelisik perjuangan perempuan di Indonesia, bangsa kita punya R.A. Kartini, Dewi Sartika, Cut Nyak Dhien, dan sebagainya. Mereka para perempuan yang berpikir maju, jauh melampaui cara berpikir perempuan pada zamannya.
Terlintas sejenak, Khofifah ingin mempromosikan kepemimpinan perempuan, sebuah kepemimpinan yang mungkin masih dianggap tabu dalam kalangan masyarakat kita. Mungkin karena cara pandang gender yang masih minim.
Dalam konsep etika permasalahan ini menjadi pembahasan khusus loh. Teori etika yang dicetuskan Carol Gilligan, misalnya, melandaskan pada teorinya pada kepedulian (care) sehingga etika ini disebut sebagai ethics of care.
Menurut Gilligan, perempuan cenderung mendasarkan perilakunya pada kepedulian yang berupa kemampuan mendengarkan kisah-kisah orang lain dan diri sendiri. Pendekatan ini menolak pendekatan absolut, objektif, dan imparsial (tidak memihak) yang diciptakan oleh kaum laki-laki.
Semakin seru jika unggahan Khofifah ini diinterpretasikan dalam konteks politik Pilpres 2024. Seperti yang diketahui, nama Khofifah juga santer masuk bursa, ia mewakili perempuan selain Puan Maharani. Apakah ini menjadi tanda bahwa Khofifah juga melakukan akrobatik politik untuk mencuri perhatian publik?
Hmm, selain dianggap punya kekuatan pengaruh dalam tubuh Nahdlatul Ulama (NU), khususnya Muslimat NU, Khofifah juga menjadi representasi perwakilan perempuan.
Lantas, mungkinkah semua atribut tersebut dapat menjadi nilai jual Khofifah untuk berlaga pada Pilpres 2024? Mungkin tidak lama lagi semua akan terjawab. (I76)