“Bu Susi ini intinya sumbu pendek, reaktif terhadap headline yang dia baca, hak asasi kok mau sumbu pendek dan reaktif terhadap apa yang dia baca”. – Permadi Arya alias Abu Janda
Media sosial alias medsos. Bisa dibilang ini adalah salah satu penanda kemajuan teknologi informasi dan komunikasi saat ini. Adapun perkembangan paling awal medsos, bisa dibilang berakar dari teknologi telegraf.
Telegram pertama dalam sejarah dikirimkan oleh sang penemu telegraf, Samuel F. B. Morse pada 24 Mei 1844 dari Washington, D.C. ke Baltimore.
Sementara, telegram transatlantik antara pemimpin negara pertama kali dikirimkan oleh Ratu Victoria dari Inggris kepada Presiden Amerika Serikat James Buchanan pada 16 Agustus 1858.
Baca Juga: Bisakah Biden “Bujuk” Jokowi?
Telegram Ratu Victoria tersebut berisi ucapan selamat kepada Presiden Buchanan dan menandai komunikasi jarak jauh yang tercatat penting dalam sejarah karena merupakan pesan yang dikirim lewat kabel sejauh 4023 kilometer dan membutuhkan waktu 16 jam untuk sampai ke tujuan.
Wih sangar cuy, kalau sekarang ngirim tweet cuma butuh sepersekian detik aja. Seiring kemajuan teknologi yang ada, kita kemudian sampai ke era seperti sekarang ini dengan segala kecanggihan yang ada.
Namun, dengan segala kecanggihannya, datang pula masalah. Ujaran kebencian, ketersinggungan satu sama lain, hingga berbagai kejahatan juga terjadi lewat teknologi ini.
Yang terbaru adalah yang melibatkan Natalius Pigai dan Permadi Arya alias Abu Janda. Pigai awalnya udah punya kasus terkait serangan rasial yang menimpa dirinya dari salah satu pendukung Presiden Jokowi. Kemudian kasusnya juga ikut melibatkan Abu Janda karena yang bersangkutan juga turut melakukan serangan yang dituduhkan rasial kepada Pigai.
Parahnya lagi, Abu Janda kemudian menyulut kritik dari berbagai pihak ketika ia menyebut Islam sebagai agama yang arogan. Tidak heran, hal tersebut kemudian mendatangkan reaksi dari mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti.
Bu Susi meminta orang-orang untuk unfollow Abu Janda karena apa yang ia sampaikan cendrung negatif dan tidak bisa dijadikan panutan.
Wih, jadi ramai nih. Tapi ya begitulah dunia medsos. Mungkin kalau sekarang orang-orang tetap pakai telegram, kondisinya nggak bakal kacau balau kayak gini. Ini pesan yang dikirim lewat telegraf loh ya, bukan aplikasi Telegram. Hehehe.
Lha iya, ngirim tweet aja bisa 16 jam, kan udah keburu berganti beritanya. Hehehe. (S13)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.