“Penyebab banjir Kalimantan Selatan (karena) anomali cuaca dan bukan soal luas hutan di DAS Barito wilayah Kalimantan Selatan”. – Siti Nurbaya Bakar, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Banjir. Mungkin jadi kata yang membuat orang ingat bahwa anugerah yang terlalu banyak bisa berubah menjadi bencana. Atau dalam bahasa yang lain: “Too much of a good thing is bad”. Terlalu banyak akan suatu hal baik adalah buruk.
Terlalu banyak makan bisa buruk untuk kesehatan. Terlalu banyak nonton TV bisa lupa segalanya. Terlalu banyak api bisa jadi kebakaran. Nah, terlalu banyak air, jadilah banjir.
Baca Juga: Menag Yaqut Tidak Paham Populisme Islam?
Mungkin seperti itulah logika yang ingin digunakan oleh pemerintah dalam menjustifikasi banjir yang tengah terjadi di wilayah Kalimantan Selatan beberapa hari terakhir. Hal ini awalnya disampaikan langsung oleh Presiden Jokowi ketika mengomentari penyebab banjir tersebut. Hujan yang lebah menjadi kambing hitamnya.
Bahasa yang sama kemudian digunakan lagi oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar yang menyebutkan bahwa anomali cuaca menjadi sebab utamanya.
Pernyataan Bu Siti ini juga sekaligus membantah tuduhan yang diungkapkan oleh para aktivis lingkungan yang sebelumnya menyebutkan bahwa penyebab utama banjir di Kalsel adalah karena persoalan hilangnya hutan di daerah aliran sungai atau DAS akibat aktivitas pembukaan lahan untuk perkebunan sawit dan pertambangan.
Hmm, sebenarnya, kalau dipikir-pikir, justru alasan kerusakan hutanlah yang paling masuk akal untuk menjelaskan fenomena bencana yang terjadi di Kalsel. Soalnya, anomali cuaca mah sudah biasa terjadi juga. Dan selama lingkungan atau alamnya itu bisa menahan curah air – katakanlah dengan resapan yang baik – maka banjir besar tentu tidak akan terjadi.
Soalnya, kalau menyalahkan hujan kesannya pemerintah mencari pembenaran dari situasi yang ada. Apalagi, belakangan Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy juga mengakui bahwa faktor kerusakan lingkungan menjadi salah satu penyebab bencana yang terjadi.
Artinya, dengan bilang bahwa banjir adalah karena kebanyakan hujan, itu sama aja kayak bilang kebakaran itu karena kebanyakan api, atau yang lainnya. Padahal, dari sisi manusia, selalu pasti ada keteledoran, kealpaan dan kesalahan yang bisa dijadikan bahan refleksi.
Jadi teringat Michael Owen nih kalau ngomong hal-hal yang udah jelas. Buat yang belum tahu, doi adalah mantan pemain sepakbola yang kini jadi pandit atau komentator. Owen dikenal sering membuat pernyataan yang semua orang sudah tahu. Misalnya, kalau bola lewat garis gawang, maka terjadi gol. Atau pemain sepakbola menggunakan kaki untuk menendang bola.
Berasa kayak pemerintah nih. Mencari alasan dengan apa yang sudah jelas diketahui. Uppps. (S13)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.