Site icon PinterPolitik.com

PDIP Seharusnya Bersyukur Ada Luhut?

PDIP Seharusnya Bersyukur Ada Luhut?

Menko Marves Luhut B. Pandjaitan (Foto: Liputan6.com/Faizal Fanani)

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan tampaknya membuat gerah PDIP. Masinton Pasaribu bahkan mengeluarkan kalimat tegas, hingga meminta Presiden Jokowi memecat Luhut. Namun, mungkinkah PDIP seharusnya bersyukur ada Luhut di kabinet Jokowi? 


PinterPolitik.com

Siapa yang tidak mengenal Luhut Binsar Pandjaitan? Personanya karismatik, dikenal sangat berpengaruh, dan merupakan politisi senior yang tangguh. Kalau kata Kanupriya Kapoor di tulisannya Indonesian President Treads Fine Line by Empowering Chief of Staff, Pak Luhut ini ibarat bempernya Presiden Joko Widodo (Jokowi). 

Kata Kapoor, kayak jadi semacam tameng yang melindungi Pak Jokowi dari berbagai tekanan politik dan kelompok kepentingan. 

Kalau sedekat itu hubungan keduanya, mungkin Pak Luhut ini seperti Marcus Agrippa-nya Kaisar Augustus. Agrippa sendiri adalah tangan kanan alias orang paling dipercaya Kaisar Augustus, kaisar pertama Kekaisaran Romawi.

Dalam penggambaran Lindsay Powell di buku Marcus Agrippa: Right-Hand Man of Caesar Augustus, Agrippa adalah pria yang menjadi tempat bosnya, Kaisar Augustus datang ketika membutuhkan pekerjaan yang sulit. 

Kalau kita lihat, penggambaran itu mirip-mirip lah dengan Pak Luhut. Soalnya nih, banyak yang bilang Pak Luhut ini problem solver. Ini terlihat dari deretan jabatan dan tugas yang diberikan Presiden Jokowi. 

Dan kalau diperhatikan lebih detail lagi, tugas yang diberikan ke Pak Luhut rata-rata adalah tugas berat lho. Bayangkan saja, dengan status sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Pak Luhut justru ditunjuk memimpin PPKM Jawa-Bali. Sangat dipercayalah intinya.

Tentu bagus ya melihat hubungan keduanya dekat. Lagipula, siapa yang enggak senang punya orang yang sangat bisa diandalkan di sisinya. Bukankah begitu?

Tapi nih, kalau kata Kanupriya Kapoor, besarnya pengaruh yang diberikan Pak Jokowi ke Pak Luhut juga punya risiko lho. Salah satunya, itu membuat kurang nyaman Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, sosok yang selama ini dikenal sebagai tameng politik utama Pak Jokowi. Hmmm.

Kalau kita lihat gestur politik akhir-akhir ini, ketegangan antara Pak Luhut dengan PDIP sepertinya makin panas. Ya, seperti yang kita lihat, ini soal Pak Luhut yang mendorong penundaan pemilu. Berbagai petinggi PDIP seperti Puan Maharani dan Hasto Kristiyanto sampai memberikan komentar.

Bahkan nih, Masinton Pasaribu sampai meminta Pak Jokowi memecat Pak Luhut. Menurutnya, Pak Luhut bertanggung jawab atas kegaduhan politik akibat wacana penundaan pemilu atau presiden tiga periode. Waduh, panas banget kayaknya.

Tapi nih, kalau boleh memberi sedikit saran, PDIP sebenarnya sangat diuntungkan lho dengan adanya Pak Luhut. Seperti yang sudah dibahas di artikel PinterPolitik sebelumnya, Kenapa Jokowi Biarkan Luhut Berkuasa?, bukan tidak mungkin ada permainan bad cop/good cop alias pembagian peran antara Pak Jokowi dan Pak Luhut.

Soalnya, jika diperhatikan, tampilnya Pak Luhut sering kali pada isu-isu yang rentan mendapat sentimen negatif. Jadi enggak begitu heran sebenarnya jika ada dugaan kalau Pak Luhut sengaja ditempatkan sebagai bad cop.

Dengan peran ini, berbagai persoalan yang ada dapat dilimpahkan kepada Pak Luhut. Sebagai bayarannya, citra Pak Jokowi kemudian dilihat kalah pengaruh dari Pak Luhut. Tapi itu harga yang harus dibayar kalau benar ada permainan peran yang terjadi.

Nah kalau benar ada permainan bad cop/good cop, ini sangat bagus untuk PDIP. Soalnya, PDIP bisa memanfaatkan ini dengan terus mengkritik Pak Luhut, tanpa harus menyinggung Pak Jokowi. 

Kalau tanggung jawab disebut ada di Pak Luhut, PDIP bisa tetap kritis kepada pemerintah tanpa perlu mengorbankan citra Pak Jokowi yang merupakan kadernya. Kalau benar seperti itu keadaannya, PDIP seharusnya bersyukur dong dengan adanya Pak Luhut di kabinet Presiden Jokowi. Hehe.

Tapi nih, harus dicatat lho ya, ini semua hanya interpretasi semata. Rasanya cukup mustahil melakukan verifikasi apakah ada permainan peran di luar sana. Tapi yang jelas, seperti yang ditulis Lindsay Powell, Marcus Agrippa sangat setia kepada Kaisar Augustus. 

Menurut Powell, Agrippa punya banyak kesempatan merebut kekuasaan untuk dirinya sendiri tetapi tidak dilakukannya. Semoga Pak Luhut selalu setia menjadi tangan kanan Pak Jokowi yang tangguh. (R53)

Exit mobile version