“We love the Earth, it is our planet. We love the Earth, it is our home” – Lil Dicky, penyanyi rap asal Amerika Serikat (AS)
Di tengah situasi pandemi yang belum juga terkontrol pada awal tahun 2021 ini, Indonesia kini turut dibayangi oleh berbagai bencana alam, mulai dari gempa bumi di Sulawesi Barat (Sulbar), banjir di Kalimantan Selatan (Kalsel), hingga erupsi gunung berapi (Merapi, Semeru, dan Sinabung). Bukan nggak mungkin, duka dan ujian ini turut menyelimuti saudara-saudari se-Indonesia yang terdampak.
Namun, berbagai bencana alam yang terjadi ini bisa juga menjadi pengingat bagi kita bahwa alam tengah menunjukkan perubahan. Dan, bukan tidak mungkin, manusia yang hidup di dalamnya pun semakin terancam oleh perubahan-perubahan ini.
Perubahan iklim dan pemanasan global, misalnya, disebut oleh para ahli dapat menjadi ancaman bagi seluruh umat manusia. Bahkan nih, laju pemanasan global yang tidak dihambat ini bisa aja berujung pada kepunahan massal kelima (the great extinction), termasuk manusia.
Tidak hanya itu, tinggi permukaan air laut yang diprediksi dapat meningkat akibat pemanasan global bisa aja mengancam Indonesia. Banjir akibat air laut ini juga mulai terjadi di berbagai kota di Indonesia, mulai dari Jakarta hingga Semarang.
Soal banjir Kalsel, misalnya, disebut-sebut oleh banyak lembaga swadaya masyarakat seperti Greenpeace dan WALHI disebabkan oleh penggundulan kawasan hutan, khususnya Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito. Akibatnya, air menggenangi sejumlah wilayah di Kalsel setelah hujan mengguyur.
Tapi nih, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar memiliki pendapat yang berbeda. Pada intinya, Pak Jokowi dan Bu Siti mengatakan kalau banjir disebabkan oleh anomali cuaca dan curah hujan yang tinggi.
Baca Juga: Manuver Megawati Serang Jokowi?
Di sisi lain, PDIP yang notabene adalah partai dari Pak Jokowi memiliki pendapat yang senada dengan organisasi-organisasi lingkungan lainnya. Kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Hasto Kristiyanto, banjir yang terjadi di Kalsel disebabkan oleh penebangan hutan dan aktivitas pertambangan.
Wah wah, kok beda pendapat gini? Apa ini jadi laga lanjutan adu argumen antara PDIP dan Pak Jokowi nih? Keduanya kan kerap beda pendapat tuh – seperti soal Rancangan Undang-Undang (RUU) Haluan Ideologi Pancasila (HIP).
Eh, apa mungkin nih ya PDIP ini ingin jadi partai hijau yang kerap membela isu-isu lingkungan? Soalnya nih, pada HUT ke-48 partainya, Ketua Umum (Ketum) PDIP Megawati Soekarnoputri juga menyerukan kepedulian terhadap lingkungan tuh.
Kan, banyak tuh partai hijau di negara-negara Barat. Tapi nih, kalau jadi partai hijau, PDIP bakal ganti logo juga nggak ya? Kalau jadi hijau, nanti dikira partai Islam kayak PKB dan PPP dong? Hehe.
Eits, tapi nih, sebelum mengkritik soal penebangan dan pertambangan yang ada di bawah pemerintahan Jokowi, PDIP kayak-nya juga perlu introspeksi diri deh. Soalnya, seperti yang kita ketahui, PDIP kan juga ikutan tuh dalam mendorong sejumlah RUU yang dianggap tidak ramah lingkungan, seperti RUU Mineral dan Batu Bara (Minerba) dan RUU Cipta Kerja (Ciptaker).
Hmm, mungkin, selain nyindir Pak Jokowi, Bu Mega dan Pak Hasto juga perlu mengingatkan Mbak Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Puan Maharani. Kan, putri Bu Mega ini juga jadi salah satu pendorong RUU yang disebutkan tadi. Hehe. (A43)
Baca Juga: Megawati Tak Niat Bersih Partai?