Site icon PinterPolitik.com

PDIP Berani Lawan Semua Partai?

pdip berani lawan semua partai

Anggota-anggota Fraksi PDI Perjuangan (PDIP) DPR RI 2019-2024 berfoto bersama usai menjalani pelantikan pada tahun 2019 silam. (Foto: VIVA)

Delapan dari sembilan fraksi partai politik (parpol) di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI membuat pernyataan sikap bersama yang menolak usulan sistem pemilihan umum (Pemilu) proporsional tertutup – menjadikan PDIP satu-satunya fraksi yang mendorong sistem tersebut.


PinterPolitik.com

“It’s just us against the world in this life of sin. Ain’t nobody gonna take us out. It’s always us, never them” – SZA, “Just Us” (2019)

Pernah nggak sih kalian ngerasa paling jago ketika teman-teman kalian berada di samping kalian? Apalagi nih, perasaan sok paling jago ini makin menjadi-jadi ketika teman-teman satu “geng” juga merasa paling superior di sekolah.

Nah, terbentuknya komunitas-komunitas “geng” atau circle seperti ini kerap terbentuk di berbagai kesatuan sosial (social units) – entah di sekolah, kampus, hingga lingkungan pekerjaan. “Pokoknya, kelompokku paling keren!” ucap batin kita yang angkuh.

Mungkin, fenomena umum seperti inilah yang dicoba untuk digambarkan oleh produk-produk budaya populer seperti video game yang berjudul Bully (2006). Hmm, kalian yang dulu pernah main game ini di PlayStation (PS) 2 masih ingat nggak?

Nah, di game ini, kita memainkan karakter utama bernama James “Jimmy” Hopkins yang harus mengarungi geng-geng (cliques) di sekolah – mulai dari Jocks, Greasers, Preppies, Bullies, dan Nerds. Geng-geng inipun memiliki dan saling menunjukkan pengaruh mereka di Bullworth Academy.

Di antara kelompok-kelompok ini, ada juga hierarki yang menentukan strata anggota-anggotanya. Kelompok geng yang dianggap paling kuat adalah Jocks yang dipimpin oleh Ted Thompson dan Damon West.

Nah, perebutan pengaruh antar-geng seperti di gim video Bully ini tampaknya juga eksis di berbagai aspek kehidupan nyata, termasuk dalam kancah perpolitikan Indonesia. Boleh jadi, hierarki cliques di Bully ini semacam kepemilikan kursi parlemen antar-partai di DPR RI tuh. Hehe.

Kalau Jocks dianggap yang paling dominan dan berpengaruh, mungkin, di DPR, kelompok yang paling dominan adalah Fraksi PDIP. Gimana nggak? Dari 575 kursi, PDIP menguasai kursi terbanyak sebanyak 128 kursi. 

Hmm, terus apa efeknya kalau PDIP jadi partai yang paling dominan? Nah, mengacu ke penjelasan Matthijs Bogaards dan Françoise Boucek di buku berjudul Dominant Political Parties and Democracy: Concepts, Cases and Comparisons, partai politik (parpol) yang dominan biasanya juga memiliki perilaku yang berfokus pada diri mereka sendiri (self-centered behavior).

Ya, kurang lebih mirip lah ya dengan para jocks – baik di dunia nyata maupun di Bully. Soalnya, kan, selain mereka populer dan paling “dihormati”, mereka biasnya punya sifat self-centered juga lho.

Nggak percaya? Coba lihat aja soal perdebatan terkait usulan sistem pemilihan umum (Pemilu) proporsional tertutup. Ketika delapan dari sembilan fraksi di DPR menolak, PDIP jadi satu-satunya tuh yang paling getol mendukung.

Hmm, apa kita juga perlu nih sosok di Bully semacam Jimmy yang akhirnya bisa menyatukan semua “cliques” alias parpol? Tentu, pertanyaan utamanya bukan itu sih. Pertanyaannya adalah apakah ada sosok seperti itu di demokrasi Indonesia di era Reformasi. (A43)


Exit mobile version